Cara Memilih Jenis Tulisan Fiksi Sesuai Karakter

Cara memilih jenis tulisan fiksi sesuai karakter menjadi salah satu bahasan yang diangkat dalam open recruitment one day one post. Awalnya saya hanya mengira kalau one day one post hanya akan fokus pada materi non fiksi saja. Ternyata dugaan saya salah.

Kelas ini dari awal sampai akhir begitu hidup. Semua tertarik dan aktif, mungkin karena yang menjadi narasumber unyu-unyu, imut, tapi berkualitas. Materi-materi yang disampaikan begitu berbobot.

Disampaikan dengan bahasa yang sederhana namun mengena. Kalau kata orang setiap yang disampaikan menyentuh hati.

Sebelum masuk materi inti, kelas dimulai dengan tanya jawab. Antusiasme peserta sangat tinggi sekali. Saya jadi membayangkan bagamana kalau ini offline? Materi yang menarik, narasumber yang kece, pasti bakal membuat semua peserta berhamburan minta foto atau minta tanda tangan, bahkan berebut minta nomor HP mungkin. Namanya Andrew Hu.


A. Kenalan dengan Adrew HU

cara memilih tulisan fiksi sesuai karakter
Designed by Using Canva


Andrew Hu, seorang remaja berusia 17 tahun. Memiliki prinsip bahwa segala sesuatu akan menjadi emas di tangan yang tepat” yang membuatnya terus menggali seluk-beluk kepenulisan lebih dalam lagi. Masih penasaran dengan sosok belia ini? Saya juga penasaran, bisa juga langsung cek media sosialnya @Quintis8 atau @Quitis8_

B. Memahami Karakter Tulisan

Berbicara karakter tulisan seperti membicarakan kuliner. Tidak semua orang suka dengan menu makana tertentu, tetapi ada juga yang suka dengan makanan itu. Tingkat Sukanya pun berbeda, ada yang suka sekali, ada yang tidak suka, sampai-sampai lihat saja tidak mau.

Pun dengan karya, kita tidak bisa membandingkan karya yang satu dengan karya yang lain. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda, dan memiliki daya tariknya sendiri.

Dalam kepenulisan kita perlu memahami bahwa setiap orang seleranya tidak sama. Katanya setiap naskah ada jodohnya. Mau seperti apapun sebuah karya pasti akan ada yang menyukai.

Nah, pertanyaannya, bagaimana kita memilih jenis tulisan yang sesuai? Gaya Bahasa seperti apa yang harus digunakan, genre apa yang cocok dengan kita, diksi seperti apa yang akan dipilih, mau memilih kata-kata yang sederhana atau puitis.

C. Definisi Fiksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘fiksi’ diartikan cerita rekaan, khayalan, dan tidak berdasarkan kenyataan. Fiksi adalah cerita khayalan pengarang/penulis yang bisa berdasarkan pada fakta. Bersifat imajinatif, tapi tetap rasional (masuk akal) meski ada unsur dramatisasi dalam hubungan antar mahkluk hidup. Fiksi bertujuan untuk memberi hiburan, sehingga perasaan pembaca menjadi prioritas utama bagi para pengarang.

D. Jenis Tulisan Fiksi

Tulisan fiksi memiliki empat macam jenis yaitu dongeng, roman, novel, dan cerita pendek.

1. Dongeng

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh).
Dongeng sendiri terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya:

  1. Sage adalah cerita fiksi yang berhubungan dengan terjadinya suatu peristiwa dan sejarah.
  2. Mite adalah cerita yang mengandung kepercayaan dalam suatu kelompok masyarakat.
  3. Dongeng Lucu adalah cerita jenaka tentang perjalanan tokoh yang menimbulkan humor.
  4. Fabel adlaah cerita di mana para hewan bisa bertingkah laku selayaknya manusia.
  5. Legenda adalah cerita bersifat khayal akan fenomena alam di suatu daerah.

2. Novel

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Novel adalah sebuah karya yang besisi tentang kisah perjalanan manusia dalam kurun waktu yang tak menentu dari awal hingga akhir bahkan terkadang ada novel yang akhir ceritanya masih menggantung. Novel biasanya memiliki total jumlah kata lebih dari 30.000 kata.

3. Cerita Pendek

Cerita pendek atau dikenal dengan Cerpen merupakan kisah yang laju alur dan plotnya dibuat lebih cepat dari novel. Bisa dibaca dalam sekali duduk.

E. Tahap-tahap dalam Menulis

1. Menentukan Target Pembaca 

Kita harus tentuin target pembaca kita siapa. Orang dewasa? Para remaja? Atau bocil? Kalau udah ditentuin, lanjut aja.

2. Genre/Tema

Tahap selanjutnya menentukan genre. Jika sudah menemukan genre tulisan yang akan dibuat, kit abisa melanjutkan pada menentukan tema Ini bukanlah aturan yang baku, kitab isa juga menentukan tema dulu baru memilih genre yang akan dibuat.

Contoh, kita memilih genre Komedi – Horor. Maka Komedi bisa menjadi genre utama, dan Horor menjadi sub genre. Setelah menemukan genrenya kita bisa menentukan tema seperti persaudaraan atau mau tema suka-suka.

Cara lainnya bisa dengan memulai menemukan ide. Sebagai contoh kita mau membuat karya dengan ide tentang dua bersaudara tapi salah satunya hantu. Maka selanjutny adalah mengembangkan ide itu menjadi sebuah cerita yang utuh.

3. Daftar Tokoh

Dalam karya yang dibuat kita mau mengangkat tokoh yang seperti apa? Kita sesuaikan dengan genre utama tulisan kita, missal tadi genre utamanya Komedi. Temanya persaudaraan yang mana satu tokoh adalah manusia biasa dan satunya lagi hantu.

Dalam menentukan tokoh kita bisa menggunakan NEED dan WANT. Masih ingat kan dengan Need and Want?
WANT sama NEED bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah
WANT lebih bersifat eksternal, sedangkan NEED itu bersifat internal.
Want (keinginan) adalah bagian dari esternal, sedang Need (kebutuhan) adalah bagian internal yang harus disadari agar tokoh bisa berkembang.

Sebagai contoh genre di atas, si tokoh manusia yang memiliki saudara sosok hantu. Tokohnya lama-lama merasa risih dengan saudaranya.
WANT_EKSTERNAL: Dia pengin bebas secepat mungkin meskipun harus menyakiti saudaranya.
NEED_INTERNAL: Dia akhirnya sadar dan diberi kekuatan untuk bisa “melihat” adalah agar bisa melindungi saudara setannya.

4. Menetukan Premis

Premis adalah satu kalimat atau lebih yang menceritakan keseluruhan cerita.
Contoh premis:
Gala ingin membantu Wira mencari asal-usulnya, tapi Gala takut karena Wira adalah hantu. Namun, setelah mendengar masa lalu Wira yang menyedihkan, Gala menjadi tersentuh dan mau membantunya.

5. Membuat Sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan keseluruhan sebuah cerita tanpa menghilangkan poin penting dan ketertarikannya. Jadi, gambarannya hanya berpusat pada konflik utama cerita.
Contoh sinopsis seperti disampaikan oleh narasumber, Andrew Hu:

Gala, calon siswa di SMANSATAS yang merupakan orang asal Panjalu, Ciamis, memutuskan untuk tinggal di kos tantenya selama liburan di Cintarasa karena lebih dekat dengan sekolah. Dia bertemu dengan seorang bocah bernama Wira. Setelah kenal beberapa hari, Gala baru mengetahui bahwa Wira adalah seorang hantu.

Rasa takut membuatnya menjauhi Wira. Gala tidak pernah merasa dia adalah seorang indigo, jadi dia heran mengapa bisa melihat Wira. Begitu pula Wira yang hanya bisa dilihat oleh Gala sendiri.

Wira yang hanya bisa berinteraksi dengan Gala, mencari Gala setiap hari. Wira setiap hari mengganggunya dengan mengajaknya bermain. Wira merasa kedatangan Gala merupakan berkah baginya, sedangkan Gala merasa sebaliknya.

Gala akhirnya memutuskan untuk pindah dari kos tersebut. Pemuda itu segera meminta pada ayahnya agar mencarikan kos baru untuknya. Wira yang mengetahui hal tersebut pun merasa tak terima. Ia membujuk, merayu, meneror Gala agar mengurungkan niatnya.

Puncaknya, Wira mengancam akan membunuhnya dengan menabraknya dengan truk. Takut akan kematian, Gala pun memutuskan untuk membatalkan kepindahannya. Tentu saja, hal tersebut membuat Wira merasa lega luar biasa.

Wira kemudian menyuruh Gala mencari asal-usulnya karena Wira hanya mengingat satu keping ingatan. Namun, suatu saat Wira sadar sebenarnya Gala ingin membantu hanya karena ketakutan. Dia akhirnya menceritakan satu-satunya ingatan dia, yaitu masa lalu menyedihkan saat dia tersisihkan dari teman-temannya. Gala menjadi bersimpati kepada Wira karena dia juga memiliki nasib yang sama saat kecil dulu. Gala lalu berniat membantu, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.

Mereka kemudian mulai mencari papan nisan yang ada di kuburan tempat awal mereka bertemu, meski Gala sempat dipaksa. Namun, mereka tak menemukan nama Wira di sana.

Tante Gala yang selalu terlihat menyembunyikan sesuatu, apalagi setiap Gala melihatnya hingga membuat Wira curiga. Dia kemudian memaksa untuk menyelidiki wanita itu. Namun, Gala murka karena merasa Wira sangat tidak sopan. Mereka cekcok begitu lama sampai akhirnya Wira merasa sakit hati dan memutuskan untuk menghilang.

Ketika hari semakin dekat menuju waktunya sekolah, Gala sedang mengurus seragam ketika dia menemukan foto dan asal-usul Wira di kamar tantenya. Gala menyelidiki sejenak dan dia langsung meminta penjelasan tantenya. Awalnya, wanita itu tak ingin berkata apa pun. Namun, karena sudah banyak bukti yang dipegang Gala, ia akhirnya menceritakan kalau ia dulu tak bisa hamil, lalu mengambil Wira yang baru saja dilahirkan tanpa sepengetahuan orangtua Gala, membuat mereka percaya bahwa Wira sudah meninggal. Saat itu Gala sadar bahwa Wira adalah abangnya. Namun, Wira meninggal tertabrak truk tanpa pengawasan penuh saat berusia enam tahun. Tante Gala merasa bersalah karena tak mengubur Wira, membiarkannya di jalanan sampai ada yang membawanya pergi.

Gala tanpa berpikir panjang langsung mencari Wira. Menceritakan semuanya dan membawa Wira ke tempat orangtuanya dengan angkot. Gala membuat pesta ulang tahun kecil-kecilan untuk Wira. Mereka menangis, berbagi cerita, dan berpelukan untuk terakhir kalinya. Wira akhirnya lenyap bersama cahaya yang membawanya pergi.

6. Outline

Outline merupakan bagian paling detail di mana kita menuliskan seluruh alur dan plot pada setiap bab yang menjadikannya satu cerita utuh.

car amemilih jenis tulisan fiksi sesuai karakter
Contoh model outline

Ouline akan memberikan kemudahan bagi kita dalam menuliskan karya. Boleh dibilang dengan membuat online prosentase tamatnya lebih tinggi.

Dalam outline ini kita bisa memasukkan semua yang beruhubungan dengan cerita yang akan ditulis, seperti setting, konflik, sudut pandang, alur, plot, dll.

7. Eksekusi

Tahap eksekusi merupakan tahap selanjutnya setelah kita mellaui tahap-thap sebelumnya dari menentukan genre, premis, sinopsis, outline, dan lain-lain.

Dalam eksekusi kita perlu menjadikan kerapihan sebagai unsur utama agar mudah dibaca. Jika tulisan rapi maka akan menjadi lebih menyenangkan saat dipandang. Selain itu, dengan memperhatikan kerapihan kita akan jadi lebih terbiasa dengan naskah yang tertata.

Kerapihan naskah dapat dinilai melalui PUEBI, EYD, kalimat tidak baku atau baku, kalimat efektif atau tidak, kalimat tumpang-tindih, pemakaian tanda baca, elipsis, dan lain-lain.

Secara sederhana proses atau tahapa dalam menulis fiksi dapat dijarakan pada proses berikut:


Genre/tema/target pembaca → daftar tokoh → premis → sinopsis → outline → saatnya menulis → tamat.


Menulis ternyata bukan perkara mudah seperti kita mengikuti alur cerita saat menikmati lembar demi lembar cerita. Tidak semudah imaginasi kita saat membaca cerita.

Menulis fiksi bukanlah perkara mudah, karena kita dihadapkan pada kondisi dimana kita harus mau dan berani berimaginasi. Bahkan imaginasi bisa melampau cara berpikir kita di kehidupan nyata. Semoga tulisan tentang cara memilih jenis tulisan fiksi sesuai karakter bisa menguatkan semangat kita dalam berkarya dan menjadi bekal dalam menekuni bidang tulis menulis.

Post Comment

You May Have Missed