Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim (Review Buku)
Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim merupakan sebuah buku seri parenting islami yang ditulis oleh pakar parenting, Ust. Adriano Rusfi, S.Psi. Bukunya masih fresh, baru saja terbit. Saya merasa bahagia bisa membeli di awal, dapat harga pre order juga. Siapa yang tidak senang?
Bahagia bertambah karena bisa hadir dalam launching buku ini oleh Ustaz Aad. Ustaz Aad adalah panggilan bagi Ustaz Adriano Rusfi. Sebagai seorang ayah saya sangat senang dengan terbitnya buku ini. Buku parenting islami ini ditulis oleh Ustaz Aad untuk membantu para ayah dalam menjalankan peran terbaik sebagai kepala keluarga. Buku ini mengajak para ayah menggunakan dan mengoptimalkan pengalaman yang dimiliki sebagai bekal dalam mendidik anak.
Sebelum munculnya buku ini, saya bersyukur bisa menjadi salah satu alumni dalam kelas intensif Majelis Luqmanul Hakim. Selama beberapa waktu belajar pada malam hari bersama Ustad Aad via aplikasi Zoom. Sebagai ayah muda yang juga memiliki ketertarikan dalam dunia parenting saya sangat bersyukur bisa mengikuti kelas ini. Saya pun memahami begitu besar dan pentingnya peran ayah dalam sebuah keluarga. Sharing dan diskusi bagaimana mendidik anak menjadi hal menarik dalam setiap pertemuannya.
Bersyukurnya juga, sampai saat ini masih bisa menyambung silaturrahim dengan MLH Karawang. Jember belum ada, semoga segera terbentuk chapter Jember. Saling menguatkan dengan para alumni, berbagi pengalaman dan mendalami setiap materi yang yang telah diterima saat mengikuti kelas instensif.
Pengalaman mengikuti kelas, workshop dan seminar parenting khususnya tentang peran ayah, membuat saya tertarik untuk membuat sebuah blog sebagai tempat sharing yaitu ayahugiparenting. Sekaligus menjadi pemantik bagi saya dalam mengelola blog, namun demikian masih perlu ditata agar lebih ramah.
Kembali ke Buku Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim, ini sebuah buku yang saya rasa wajib menjadi pegangan para orang tua, khususnya ayah. Tujuannya agar sebagai ayah kita bisa memahami hal lain yang perlu dibangun, selain bekerja, mencari nafkah, dan memberi nafkah. Peran ayah dalam pendidikan anak dan dalam sebuah keluarga ternyata sangat besar, dan itu dibahas dalam buku ini.
Buku Menjadi lelaki Luqmanul Hakim (1 & 2) |
A. Identitas Buku
Sebelum membahas apa yang ada di dalam buku ini, saya akan memberikan informasi singkat tentang buku parenting islami ini.
- Judul : Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim Buku Pertama
- Penulis : Adriano Rusfi
- Penerbit : Aqil Baliq Institute
- Tahun Terbit : 2021
- Cetakan Pertama : Juli 2021
- Jumlah Halaman : 225 Halaman
- Harga Buku : Rp. 155.000,- (Paket dengan Buku Kedua)
B. Siapa Adriano Rusfi?
Ustaz Adriano Rusfi, S.Psi. seorang lelaki kelahiran Bukit Tinggi. Lahir ke dunia ini pada 04 Maret 1964, dan di usianya ke 57 tahun ini dia mempersembahkan salah satu bukunya, Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim. Beliau memiliki kepedulian dalam dunia parenting. Bertahun-tahun mengabdikan diri dalam dunia parenting khususnya keayah bundaan dan pendidikan aqil baliq.
Saat ini beliau juga menjadi pengasuh dari majelis-majelis keayahan di berbagai kota di Indonesia. Buku yang belia persembahkan “Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim” adalah sebuah buku yang merangkum pesan yang beliau ajarkan bagi para ayah maupun calon ayah.
C. Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim Buku Pertama
Buku pertama ini dibuka dengan respon positif yang diberikan oleh Psikolog sekaligus pakar parenting, Elly Risman. Respon lain disampaikan oleh Ayah Irwan Rinaldi, selaku penggiat keayahan, dan Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si., salah seorang Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga dan Ketua Umum GiGa (Penggat Keluarga) Indonesia.
Berikut kutipan dari masing-masing tokoh tersebut terhadap buku Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim:
Elly Risman, Psikolog, Pakar Parenting
“Buku ini wajib Baca!Mengapa? Karena Ust. Aad telah menjelaskan secara agamis dan ilmiah: kiat-kiat praktis bagaimana mengasuh anak lelaki kita maupun menjadi suami dan ayah yang BENAR berdasarkan agama, dan BAIK sesuai cara kerja otak, sehingga kalau kita terapkan insya Allah menghasilkan keluarga yang harmonis, anak-anak yang menyenangkan hati kedua orang tuanya, dan sukses dunia akhirat!
Sudah lama kita keliru dalam pengasuhan, cenderung menekankan keberhasilan akademis, agar sukses berkarier dan hidup layak punya mobil sendiri dan rumah. Kita silap tak menyisipkan kesiapan anak-anak kita menjadi: menantu orang, pasangan orang, dan ayah ibunya orang! Semoga bersama-sama kita mampu keluar dari kondisi negeri kita kini: a fatherless country! Selamat membaca dan mempraktekkannya”
Ayah Irwan Rinaldi
“Membaca buku ini tidak cukup sekali dua. Membaca pertama kali, hampir semua kata, diksi dan kalimatnya menghentak, memprovokasi rasa kesadaran sebagai seorang lelaki. Membaca kedua kali, lembar demi lembarnya berkelindan membimbing detail, apa yang akan dilakukan seorang ayah. Membaca buku ini membantu para ayah ‘mempertanggungjawabkan’ semua amanah yang Allah berikan.”
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si.
“ Buku ini akan menyadarkan pembacanya tentang tanggung jawab dan pentingnya membahas visi pengasuhan, buku ini semakin berharga karena menunjukkan implementasinya secar adetail. Hal tersebut sesuai dengan yang senantiasa saya gaungkan, bahwa kualitas apapun itu terletak pada hal yang detail.”
Sambutan dari para pakar yang konsen dalam dunia keluarga, keayahan dan kebundaan menunjukkan begitu berharga dan bermanfaatnya buku ini. Utamanya dalam pengasuhan dan peran ayah dalam pendidikan anak.
Daftar Isi Buku Kesatu |
1. Pengantar Mengembalikan Luqmanul Hakim
Buku ini begitu berharga, memberikan pelajaran bagi siapapun yang membacanya. Tentunya para orang tua, khususnya ayah dalam menjalankan peran dan menunaikan tanggung jawabnya.
Pengantar buku ini disajikan dengan sangat menarik. Mengangkat sebuah kisah nyata yang berkaitan dengan pengasuhan. Kisah seorang ibu membunuh ketiga anak kandungnya. Alasannya karena dia merasa tak sanggup mendidik anaknya seorang diri. Hingga muncul anggapan, daripada salah mendidik anak dan kelak menjadikan anak durhaka, maka lebih baik dia membunuh anaknya selagi belum baliq. Anggapan lain yang muncul, anak-anaknya akan masuk surga kelak, biarlah dirinya yang masuk neraka.
Sebuah kisah yang terjadi akibat bunda harus menanggung sendiri segala tanggung jawabnya dalam keluarga. Ayah atau suami yang semena-mena, melepas tanggung jawab dan amanah mendidik anak dalam keluarga.
Dalam pengantarnya Ustaz Aad juga menyampaikan bahwa peran ayah sangat strategis, sedang peran bunda pada hal teknis. Ayah harus mengambil peran dalam membangun visi dan misi keluarga, dan anak-anak ke depan.
Ustaz Aad juga menyampaikan beberapa dampak akibat ketidak hadiran ayah dalam pendidikan anak. Ayah yang lepas daritanggung jawab mendidik anak, tidak hadir dalam keluarga atau dalam pendidikan anak akan mengakibatkan pendidikan anak tidak memiliki visi, ibu tidak memiliki tempat curhat, anak mudah terpengaruh, anak tidak punya individualitas, anak terlambat dewasa, dan anak anti terhadap ajaran agama.
Sungguh besar dan fatal dampak dari ketidak hadiran ayah dalam pendidikan anak. Banyak masalah yang bia ditimbulkan akibat ketidakhadiran sosok ayah.
2. Ayah Perancang Visi, Misi, dan Strategi Pendidikan (Bab I)
Bab ini membahas peran ayah yang cukup vital. Ayah harus bisa menyusun visi dan misi keluarga, maupun anak-anak. Pentingnya ayah membuat roadmap. Roadmap yang telah dibuat akan dikomunikasikan dan disosialisasikan kepada bunda selaku partner bagi ayah dalam membangun keluarga yang diharapkan.
3. Ayah Penanggung jawab pendidikan (Bab II)
Ayah sebagai penanggung jawab pendidikan tidak hanya memikirkan anak harus sekolah di sekolah ini atau itu. Pada Bab ini, Ustaz Aad menekankan pentingnya ayah menjalankan peran pendidikan dengan merumuskan konsep dasar. Meskipun seornag ibu lebih meguasai dalam parenting, namun tetap ayah harus menjalankan perannya merumuskan konsep keluarga.Didalamnya juga terdapat berbagai macam informasi bagaimana menjalankan peran ayah dalam bidang pendidikan. Tujuan tidaklah lain agar pendidikan memiliki arah.
4. Ayah konsultan bunda (Bab III)
Ayah sebagai konsultan bunda memiliki posisi yang strategis. Ayah perlu memperhatikan istri. Menumbuhkan kepekaan terhadap istri, karena mengasuh anak bukanlah hal yang mudah, yang bisa itu sangat meletihkan, mengasuh anak menghabiskan waktu, rutinitas menumpulkan nalaar, pendidikan itu butuh penyegaran, dll.
5. Ayah sang raja tega (Bab IV)
Pada Bab ini Ustaz Aad banyak memaparkan kondisi yang sering terjadi atau sering dialami oleh orang tua. Disampaikan bahwa pendidikan model apapun akan gagal total tanpa rasa tega. Beliau menekankan bahwa tega bukan benci, tega tidak sama dengan kejam, tetapi Tega itu sendiri sebenarnya adalah kasih sayang.
Melalui tulisannya sekalilagi beliau mengangkat pentingnya peran ayah. Pentingnya kehadiran ayah. Disampaikan bahwa penyebab dari ketiadaan tega dalam pendidikan adalah akibat ketidak hadiran ayah dalam pendidikan anak.
6. Ayah Pendidik Aqidah dan Keimanan (Bab V)
Di sini pembahasan di mulai dengan mengapa aqidah diajarkan pertama kali? Aqidah diajarkan pertama kali karena aqidah merupakan hal paling dasar. Seperti tumbuhan, jika pohon diibaratkan sebagai agama, maka akarnya adalah aqidah. Jika diibaratkan sebagai sebuah rumah maka aqidah diibaratkan dengan pondasi.
Namun demikian, menurut Ustaz Aad dalam bukunya ini, kemimanan dan aqidah sekarang jarang diajarkan. Beliau mengemukakan ada dua alasan yang membuat banyak orang tua abai untuk mengajarkan keimanan dan aqidah sejak dini pada anak.
1. Keimanan dan aqidah sulit diukur.
Alasan ini menjadikan anak jarang mendapatkan pendidikan aqidah di sekolah. Tolak ukurnya yang dianggap sulit, menjadikan beberapa lembaga pendidikan lebih mengedepankan pelajaran syariat,
2. Anggapan keliru tentang aqidah.
Adanya anggapan bahwa belajar aqidah itu kompleks. Sedangkan pikiran itu sederhana, sehingga pelajaran yang seharusnya diterima sejak dini menjadi terlewatkan dan baru diajarkan disaat sudah dewasa.
Selain dua alasan di atas, buku ini juga membahas secara khusus pada Bab V ini tentang mengapa aqidah diajarkan oleh ayah.
0 comments