Jepang saat ini jadi destinasi wisata favorit untuk turis dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. Terlebih harga tiket pesawat Jakarta Jepang yang semakin beragam, membuat penerbangan ke Jepang bisa dilakukan setiap beberapa bulan. Jepang mungkin dikenal sebagai negara modern, tapi budaya tradisional mereka masih kental di tengah gempuran teknologi.

Salah satunya adalah tradisi minum teh yang tak terpisahkan dari budaya Jepang. Produksi dan konsumsi teh di Jepang telah dimulai sejak berabad-abad lalu. Seiring waktu, cara menikmati teh di Jepang terus bertransformasi, tetapi tradisi ini tetap bertahan hingga hari ini.
Tertarik untuk mencoba tradisi ini saat berkunjung? Yuk, kenali dulu budaya tradisional dan modernnya berikut ini.
Budaya Teh Tradisional di Jepang
Teh di Jepang memiliki sejarah panjang dan budaya yang mendalam. Budaya teh tradisional Jepang berbentuk ritual yang telah ditentukan, di mana setiap benda dan gerakan memiliki makna tersendiri.
Ada beberapa jenis ritual yang menggunakan matcha atau sencha, serta beberapa aliran atau sekolah yang mengajarkan praktik ini. Beberapa prinsipnya telah dikembangkan sejak berabad-abad lalu dan masih dipertahankan hampir tanpa perubahan hingga saat ini.
1. Sado
Sado adalah ritual minum teh Jepang dengan matcha yang mulai berkembang pada abad ke-15 hingga 16. Meskipun teh pertama kali masuk ke Jepang bersama ajaran Zen, teh kemudian menyebar ke kalangan atas masyarakat. Pada masa itu, teh digunakan sebagai hiburan dan dinikmati oleh para bangsawan di ruang resepsi yang mewah.
Beberapa tokoh berpengaruh dalam dunia teh saat itu, seperti Murata Junko dan Takeno Joo, mulai menyadari perlunya cara menikmati teh yang lebih sederhana dan penuh ketenangan. Dari sinilah konsep wabi-sabi, bentuk apresiasi terhadap keindahan alami dan ketidaksempurnaan, mulai terbentuk.
Ruang minum teh pun dibuat lebih kecil dan dekorasi tak penting mulai dikurangi. Fokusnya juga bergeser dari barang impor langka (karamono) ke barang buatan lokal (wamono). Puncaknya terjadi ketika Sen no Rikyu, yang dijuluki sebagai bapak Sado, mengkodifikasi praktik ini dan menetapkan standar bagi ritual minum teh.

a. Jenis ritual dalam tradisi Sado
Saat ini, Sado diajarkan oleh beberapa sekolah. Sebagian besar mengikuti gaya teh pedagang, yang dimulai oleh Sen no Rikyu dan dilanjutkan oleh garis keturunannya, atau gaya teh para samurai, yang dimulai oleh murid-murid Sen no Rikyu.
Dari segi jumlah praktisi, sekolah gaya pedagang, terutama Urasenke, lebih banyak pengikutnya. Sebagian besar sekolah memiliki filosofi yang serupa, dengan perbedaan utama pada cara pelaksanaannya.
Secara ritual, terdapat ribuan variasi karena pelaksanaannya bergantung pada banyak faktor, seperti musim, waktu, tamu, jenis ruang, serta peralatan yang digunakan.
Secara umum, ritual ini dapat dibagi menjadi dua jenis:
- Koicha (lebih formal), di mana matcha dibuat lebih kental hingga menyerupai kuah kaldu dan diminum bersama dari satu mangkuk. Saat ritual koicha berlangsung, cahaya diredupkan dan suasana menjadi lebih hening.
- Usucha (lebih santai), di mana matcha dibuat lebih ringan dan berbusa. Dalam usucha, setiap tamu mendapatkan mangkuk teh masing-masing, suasana lebih ramai, dan peralatan yang digunakan lebih berwarna.
b. Tradisi Sado dan kesenian Jepang
Ritual ini melibatkan seni lainnya, seperti Shodo (kaligrafi Jepang) dan Kado (seni merangkai bunga Jepang). Menjadi seorang praktisi teh berarti juga menjadi individu yang berbudaya dan memiliki wawasan luas. Bahkan, dunia teh juga berhubungan erat dengan seni keramik (yakimono), dupa (ko), hingga pakaian tradisional (kimono).
2. Senchado
Senchado diyakini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap aturan ketat dalam Sado. Para seniman di Jepang mencari alternatif dan menemukan teh daun kering dari Tiongkok. Namun, kebebasan dalam penyajian teh ini akhirnya tetap berkembang menjadi aturan tertentu, karena Senchado perlahan-lahan bergabung dengan Sado.

Secara visual, Senchado tetap mempertahankan beberapa perbedaannya, terutama dalam penggunaan warna yang lebih cerah dan mengkilap, yang khas dari budaya Tiongkok. Dibandingkan dengan Sado, Senchado memberikan sedikit lebih banyak kebebasan dalam gerakan dan percakapan selama ritual berlangsung.
Tradisi Minum Teh Modern di Jepang
Meskipun ritual teh masih terus dipraktikkan dan dilestarikan, hanya sebagian kecil dari populasi Jepang yang aktif melakukannya saat ini. Secara umum, teh telah menjadi minuman sehari-hari yang lebih santai. Sampai beberapa tahun lalu, teh dan perlengkapan minum teh masih bisa ditemukan di hampir setiap rumah tangga.
Namun, kini hal tersebut telah berubah, kebiasaan menyeduh teh di rumah mulai tergantikan oleh teh kemasan siap minum/teh celup, dan teko teh tidak lagi umum ditemukan di rumah milenial.
Munculnya kafe-kafe teh di Jepang
Perubahan ini mungkin menjadi alasan munculnya tren kedai atau kafe teh di beberapa kota besar, yang menawarkan pengalaman minum teh yang lebih istimewa. Fokusnya adalah menciptakan suasana yang nyaman dan menyajikan pengalaman unik dalam menikmati teh, baik melalui penyajian teh langka maupun metode penyeduhan yang unik.
Tren lain yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir adalah penggunaan teh sebagai bahan dalam makanan dan camilan. Tren ini bisa dengan mudah ditemui di berbagai toko teh atau kafe di Jepang. Aneka camilan dan makanan dengan rasa teh juga banyak dijual di minimarket.
Makanya, ketika jalan-jalan ke Jepang, kamu wajib banget menambahkan kafe-kafe di Tokyo, Osaka, dan kota lainnya dalam itinerary. Jangan lupa juga cek harga tiket pesawat Jakarta Jepang dan booking dari sekarang, agar persiapan lebih lancar.Itulah informasi lengkap tentang budaya minum teh di Jepang. Setelah mempelajari tradisi minum teh tradisional dan modern di atas, saatnya kunjungi Jepang untuk semakin mendekatkan diri dengan budaya tersebut! Rencanakan perjalananmu ke Jepang mulai dari cek harga tiket pesawat Jakarta Jepang, pastikan tanggal berangkat, hingga buat itinerary terbaik!


Leave a Comment