Angka Kemiskinan Kusta dan Disabilitas di Indonesia

Saat membahas kusta dan disabilitas dengan segala kondisinya menjadi hal yang tidak akan pernah ada habisnya. Kesadaran masyarakat bahwa mereka, orang dengan gejala kusta maupun orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan yang sama belum sepenuhnya ada. Masyarakat hingga kini masih terkungkung dalam stigma negatif tentang kusta. Sehingga berdampak pada kondisi kejiwaan dan kehidupan OYPMK itu sendiri di kemudian hari. Salah satunya kesempatan untuk berkreasi dan produktif. Lantas benarkah Kusta dan Disabilitas Identik dengan kemiskinan?

angka kemiskinan kusta dan disabilitas di indonesia

Sekilas Kusta di Indonesia

Kusta menjadi salah satu pekerjaan rumah yang begitu besar bagi pemerintah dalam bidang kesehatan. Penularan kusta hingga saat ini masih terus terjadi di Indonesia. Pun kasus disabilitas kusta juga tergolong tinggi di negeri ini.

Penemuan kasus kusta baru di Indonesia dalam 10 tahun ini berada pada kisaran angka 16.000 – 18.000 orang, dan ini cenderung stagnan. Meskipun cenderung stagnan, namun ini sangat membutuhkan perhatian karena Indonesia masih berada di peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil dengan kasus kusta tertinggi.

Masih tingginya kasus kusta di Indonesia mengindikasikan adanya keterlambatan penemuan dan penanganan kusta. Ketidaktahuan masyarakat tentang apa dan bagaiamana kusta juga merupakan salah satu penyebabnya. Belum lagi kesadaran untuk kesadaran untuk memeriksakan diri orang dengan gejala kusta juga masih rendah. Paling miris adalah semua itu tidak lepas dari stigma negatif terhadap penyakit tersebut yang membuat orang dengan gejala kusta menutup mulut dan menutup diri. Akibatnya penularan kusta terus terjadi dan kasus disabilitas kusta menjadi tinggi.

Untuk bisa menuju Indonesia bebas kusta berbagai pihak terus menggaungkan permasalah ini, seperti dilakukan oleh NLR Indonesia dan Ruang Publik KBR melalui live streaming. Tidak hanya membahas tentang apa dan bagaimana kusta, cara pencegahan dan pengobatannya, bahkan juga membahas tentang bagaimana OYPMK bisa berdaya.

Dalam hubungannya dengan kesempatan bagi OYPMK baik kusta dan disabilitas untuk berdaya, Ruang Publik KBR pada Rabu, 28 September 2022 melalui live streaming youtube mengangkat tema “Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan, Benarkah?”

Dalam kesempatan khusus tersebut hadir dua narasumber yaitu Sunarman Sukamto, Amd – selaku Tenaga Ahli Kedeputian V, Kantor Staff Presiden (KSP) dan Dwi Rahayuningsih – Perencana Ahli Muda, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian PPN/Bappenas. Mereka dipandu oleh Debora Tanya, sebagai Host Ruang Publik KBR dalam leve streaming kali ini.

Penanganan Kusta di Indonesia

kusta dan disablilitas identik dengan kemiskinan


Sunarman Sukamto merupakan salah seorang Tenaga Ahli Kedeputian V, Kantor Staff Presiden (KSP) menjelaskan bahwa berhubungan dengan angkat kusta yang cenderung stagnan juga menjadi salah satu fokus dari pemerintah. Isu kusta tidak bisa dilakukan sendiri, namun perlu sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak lintas institusi, masyarakat, dan juga dengan OYPMK.

Sinergi dan kolaborasi dengan OYPMK sangat penting untuk dilakukan karena mereka juga harus dilibatkan dalam upaya pencegahan kusta dan proses edukasi di masyarakat. Sehubungan dengan kemiskinan, pemerintah juga sedang membuat pemetaan agar kusta ini tereliminasi dan tereradikasi di Indonesia baik pada aspek kesehatan maupun aspek di luar kesehatan. Dalam isu kusta dan disabilitas dia menjelaskan bahwa isu disabilitas juga merupakan isu HAM yang tidak boleh dipisahkan.

Sinergi dan kolaborasi pemerintah dengan instansi, lintas sektor dan pemerintah daerah merupakan hal yang di dorong. Beberapa kegiatan dilakukan seperti dokumen negara, meningkatkan upaya eliminasi dan eradikasi dari sisi kesehatan, ekonomi, sosial , dan lingkungan.

Kusta dan disabiilitas identik dengan kemiskinan, Benarkah?

kusta dan disabilitas identik dengan kemiskinan, benarkah?

Untuk menjawab apakah benar kusta dan disabilitas identik dengan kemiskinan bukanlah hal yang mudah dilakukan hanya berdasar cerita. Untuk membuktikan benar atau tidaknya dibutuhkan data.

Dalam kesempatan ini, Dwi  Rahayuningsing menyampaikan bahwa disabilitas kusta belum banyak data yang spesifik menggambarkan kusta. Hal ini karena pengkategorian ragam disabilitas terbagi dalam fisik, intelektual, mental, sensorik, dan ganda. Sehingga kategorinya masuk dalam beberapa hal tersebut. Untuk kusta sendiri masuk dalam penyandang disabilitas fisik

Perencana Ahli Muda, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian PPN/Bappenas ini memaparkan bahwa penyandang disabilitas keseluruhan 2021 dari sedang hingga berat adalah 6,2 juta dan disabilitas fisik termasuk kusta di dalamnya adalah 3,3 juta. Angka yang cukup tinggi tentunya.

Bagaimana dengan tingkat kemiskinan? Lebih lanjut, Dwi mengungkapkan bahwa secara nasional kemiskinan nasional adalah 10,14 %, sedangkan kemiskinan disabilitas termasuk didalamnya disabilitas fisik karena kusta ada diangka 15,25%.

“Tingkat kemiskinan penyandang disabilitas termasuk penyandang disabilitas kusta lebih tinggi dari tingkat kemiskinan bukan disabilitas”. Dwi Rahayuningsih

 

Kenapa kusta dan disabilitas identik kemiskinan?

Penyebab disabilitas identik dengan kemiskinan secara umum disebabkan oleh stigma. Stigma negatif yang berkembang menjadi pembatas bagi disabilitas untuk produktif. Selain itu mereka juga mengalami keterbatasan untuk kontribusi dan partisipasi dalam aktivitas sosial. Tentunya ini pada akhirnya juga mempengaruhi mereka dalam mengakses pendidikan, ketenagakerjaa, kewirausahaan, termasuk mengakses modal dari lembaga keuangan.

Diskriminasi dan stigma yang membatasi inilah kemudian berpengaruh pada tingkat kemiskinan pada penyandang disabilitas. Alasan akses terbatas dan belum berpihak kepada disabilitas inilah yang perlu menjadi perhatian.

Sehubungan dengan kusta identik dengan kemiskinan, Sunarman menjelaskan bahwa kusta identik dengan kemiskinan bisa iya bisa tidak. Identik dengan kemiskinan karena fakta kasus kusta terjadi di daerah kantong kemiskinan. Selain itu, ketika orang terkena kusta dan saat diketahui oleh orang lain, secara otomatis akan cenderung memisahkan diri dari orang lain. Ini terjadi karena mereka belum tahu dan belum paham apa itu sebenarnya kusta.

cara mengatasi kemiskinan

Bagaimana cara mengatasi persoalan kemiskinan disabilitas?

Sunarman memaparkan bahwa untuk mengatasi kemiskinan disabilitas, pemerintah mengajak dan melibatkan masyarakat dengan memberdayakan disabilitas melalui pembekalan keterampilan hidup, perhatian kondisi kesehatan dan motivasi OYPMK hidup sehingga paham.

Pengembangan aspek kesehatan, sosial dan ekonomi ini tidak lain tujuannnya agar mereka berdaya. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan melakukan advokasi agar kebijakan program anggaran berpihak kepada disabilitas, sebagaimana dilakukan oleh BAPPENAS melalui regulasi yang dikeluarkan.

Gerakan bersama pemerintah, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan OYPMK harus dalam satu visi dan tidak boleh ada pengabaian pada disabilitas dalam proses pembangunan ke depan. Sehingga disabilitas termasuk kusta dapat berdaya dan lebih produktif.

Sehubungan dengan pemberdayaan ini, maka perlu diikuti dengan kesempatan yang terbuka. Jika kesempatan dibuka dan disabilitas diberdayakan maka akan bisa berdampak pada kehidupan yang lebih baik. Sehingga peran pemerintah dalam peningkatan taraf hidup OYPMK dan disabilitas bisa berjalan dengan baik

Program Pemerintah Bagi Disabilitas

Beberapa program yang dijalankan melalui kementerian sosial dan bisa diakses oleh disabilitas termasuk kusta yang masuk dalam kategori miskin diantaranya,

  1. Penyaluran bantuan sembako bagi penyandang disabilitas dengan kategori miskin dan masuk dalam database kementerian sosial.
  2. Program bantuan sistensi rehabilitasi sosial dan penyaluran alat bantu
  3. Program kemandirian usaha untuk mereka yang mendapatkan diskriminasi dari lingkungan.
  4. Menyelenggarakan shelter eks kusta atau tempat bagi mereka yang mengalami kusta seperti di Desa Tanjung Kenongo – Jawa Timur, Banyumanis – Jawa Tengah, Kompleks penderita kusta Jongaya – Makasar.


Ke depan pemerintah juga berharap semakian banyak lagi kebijakan dan program pemerintah yang bisa terealisasi. Pemerintah pusat juga sudah melakukan koordinasi pelaksanaan rencana aksi nasional penyandang disabilitas dengan 7 sasaran strategis. Salah satu sasaran strategis secara spesifik mengatur pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan penyandang disabilitas yang mencakup:

  1. Rencana aksi nasional penyandang disabilitas ditekankan cakupan program kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas, termasuk bagaimana memperluas jangkauan bantuan sosial dan perlindungan sosial seperti jaminan kesehatan.
  2. Memberikan kuota minimum pada perusahan swasta dan perusahaan pemerintah baik BUMN maupun BUMD untuk memperkerjakan disabilitas. Perusahaan swasta quotanya minimumnya adalah 1 % untuk pemerintah BUMN BUMD 2 %.
  3. Peningkatan layanan keuangan inklusif bagi penyandang disabilitas untuk memastikan mereka bisa mengakses keuangan untuk kebutuhan konsumsi dan juga akses permodalan dari lembaga keuangan.
  4. Return to work, jika seseorang sudah bekerja dan mengalami disabilitas karena kecelakaan maka bisa kembali bekerja di perusahaan.
  5. Mendorong peran serta perusahaan swasta melalui CSR pada program yang bertujuan untuk menunjang program pemberdayaan disabilitas seperti pelatihan kewirausahan, dan manajemen.


Selain kelima hal yang disampaikan Dwi di atas, Sunarman juga menambahkan bahwa juga terdapat satu lagi program pemerintah bagi masyarakat khususnya disabilitas yaitu adanya ULD. Pemerintah melalui dinas tenaga kerja di kabupaten atau kota membentuk ULD – Unit Layanan Disabilitas ketenagakerjaan untuk memfasilitasi dan memberikan layanan bagi perusahaan dan pencari kerja khususnya disabilitas

Jika kawan-kawan disabilitas memiliki kompetensi dan kapasitas namun ditolak perusahaan karena disabilitasnya maka laporkan pada Kantor Staff Presiden atau Dinas Tenaga Kerja Setempat untuk difasilitasi. Sunarman Sukamto, A.Md.

Kesimpulan

Stigma yang berkembang di masyarakat tidak hanya berpengaruh pada kondisi kejiwaan orang dengan gejala kusta, OYPMK, dan disabilitas. Jauh lebih dari itu juga berpengaruh pada penerimaan masyarakat terhadap mereka yang menyebabkan mereka mengalami diskriminasi dan keterbatasan akses. Menemukan kendala untuk bersosialisasi, mengalami halangan untuk mengakses pendidikan, termasuk permodalan untuk bisa produktif. Kendala ini kemudian berdampak pada kusta dan disabilitas menjadi identik dengan kemiskinan.

Untuk mengatasi hal ini, semua pihak harus bisa berkolaborasi dan bersinergi. Menumbuhkan pemahaman tentang kusta, dan memahami mereka OYPMK dan disabilitas adalah bagian dari masyarakat yang memiliki hak yang sama seperti orang normal. Mereka bisa mengenyam pendidikan, bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dan mendapatkan kesempatan hidup yang layak. Kesadaran bersama tidak hanya akan menekan penyebaran kusta, namun juga akan mengurangi tingkat kemiskinan pada OYPMK dan disabilitas.

0 comments

comments user
Nanik nara

Sedih ya, Indonesia dapat peringkat 3 dunia, tapi untuk jumlah penyandang kusta.

Makin sedih lagi, karena kalau pernah menyandang kusta, walau sudah sembuh tapi mengalami disabilitas, terus jadi miskin karena mendapat diskriminasi dalam memperoleh pekerjaan

comments user
Blogger Surabaya | Rey – reyneraea.com

memang butuh kolaborasi semua pihaknya agar para penderita kusta dan disabilitas bisa berkarya seperti lainnya untuk kemandirian finansial.
dan yang paling penting juga edukasi tentang kusta karena masih banyak orang nggak tahu kalau kusta sebenarnya bukan kutukan

comments user
Maria G

sedih banget ya?
Mereka tertular karena fasilitas sanitasi yang tidak memadai
sesudah tertular, mereka bingung untuk mencapai akses kesehatan
karena itu bagus banget campaign Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia

comments user
Yanti Ani

Perlu banget nih menekan penyebaran kusta karena sayangnya Indonesia sendiri sudah berada di urutan ke 3. Kita bisa mulai dengan jaga kebersihan sekitar kita dan rutin berjemur dibawah sinar matahari sebentar.

comments user
Annie Nugraha

Gak bisa dipungkiri memang ya. Ada stigma negatif yang terus menerus terjadi pada penderita atau mantan penderita kusta. Publik takut berinteraksi dan bekerjasama dengan mereka. Akhirnya mereka jadi kesulitan beraktivitas, terutama mencari nafkah. Dengan kondisi begini, urusan finansial pun jadi masalah. Semoga ya dengan literasi tentang kusta dan disabilitias yang terus secara kontinue dilakukan, pemahaman publik pun akan lebih mendalam. Sehingga barrier yang terjadi dapat diminimalisir

comments user
Anonymous

Penderita kusta memang sering mendapat stigma negatif di masyarakat tidak jarang penyintasnya pun mendapt perlakuan berbeda sampai sulit mendapat pekerjaan semoga dengan semakin digaungkan wawasan semacam ini stiga negatif itu perlahan terhapus ya

comments user
rejekingalir.com

Stigma negatif harus dihempaskan dan juga terbukanya kesempatan kerja agar OYPMK dan penyandang disabilitas tetap berdaya itu harus juga diterapkan, karena kan sama-sama berhak mendapatkan kesempatan itu

comments user
Mutia Ramadhani

Ternyata disabilitas kusta itu ada lagi pengklasifikasiannya ya mba, mulai dari secara fisik, intelektual, mental, sensorik, bahkan ada yang ganda. Sedih sekali karena angka kemiskinan disabilitas fisik karena kusta di atas angka rata-rata kemiskinan nasional, yaitu 15 persen lebih. Ini layak menjadi perhatian kita bersama, khususnya pemerintah.

comments user
Katerina

Penderita kusta yang berasal dari keluarga miskin, akan semakin miskin ketika dipinggirkan. Makin tak punya kesempatan untuk bekerja dan mendapatkan peluang yang lebih baik untuk kehidupannya. Sedih dan prihatin 🙁

comments user
Irawati Hamid

adikku penderita kusta, kak. tapi alhamdulillah, setelah setahun rutin minum obat alhamdulillah sekarang sembuh

comments user
Okti Li

Titik permasalahan ada pada stigma ya. Sekarang tugas kita menghilangkan stigma itu sehingga para OYPMK bisa mendapatkan penghidupan yang layak

comments user
R Palupi

jadi seperti lingkaran setan ya mbak. beneran sedih banget. semoga ke depan masyarakat makin banyak yg peduli dan terbuka soal kusta ini

comments user
Narasi Nia

Pantas saja angka kemiskinan pada penderita kusta maupun OYPMK masih tinggi. Ternyata karena mereka masih mendapat diskriminasi dari lingkungan.

comments user
Rohyati Sofjan

Sebenarnya penyebab penularan kusta bagaimana sehingga masyarakat memberi label stigma yang menjauhkan mereka dari aktivitas sosial?

Jika bisa diobati, semestinya ada tenaga penyuluh kesehatan yang membantu penyandang kusta di tempat lainnya agar bisa beroleh kualitas kehidupan yang lebih baik dan percaya diri

Disabilitas memang masih mendapat stigma negatif mengenai ketidakmampuan padahal dengan bimbingan bahkan kesempatan, mereka juga bisa berdaya guna.

comments user
Kata Nieke

Harus dibuka memang akses bekerja dan pelayanan publik buat OYPMK. Jadi mereka juga bisa hidup secara berdaya. Makanya kampanye KBR dan NLR ini kudu didukung karena mereka merombak stigma-stigma yang kadung terbangun di masyarakat.

comments user
Sabrina

semoga dengan semakin banyaknya program pemerintah untuk mengedukasi masyarakat terkait dengan penyakit ini, maka penyebaran penyakit ini semakin berkurang, dan OYPMK kembali bangkit setelah sembuh dari penyakit ini

comments user
Gusti yeni

Berharap dengan banyaknya tulisan tentang kusta, stigma negatif penderita kusta mulai berkurang.

comments user
Belajar

Setuju kalau stigma negatif perlu dibasmi dan penyandang kusta serta disabilitas lainnya bisa diberdayakan sesuai kemampuannya agar angka kemiskinan berkurang

comments user
iidyanie

Stigma negatif kusta secara perlahan bisa berkurang jika banyak yang mensosialisasikan tentang penyembuhan penyakit kusta dengan benar bahwa resiko menular itu tidak seperti yg dibayangkan, juga pengobatan kusta yang ternyata cukup sederhana

comments user
Min Nikunews

Diperlukan banyak sosialisasi agar masyarakat mengerti tentang keadaan kusta dan penyandang disabilitas. Adanya sosialisasi seperti ini juga akan membantu perlahan-lahan stigma negatif hilang. Program program pemberdayaan juga penuh ditingkatkan semoga pemerintah bisa lebih baik lagi dalam melayani rakyatnya yang butuh pertolongan khusus.
Izin share artikelnya di ig saya kak

comments user
Mugniar

Semakin gencar edukasi mengenai kusta sekarang ini … semoga semakin banyak masyarakat yang memahami hal ini … bahwa kusta bisa sembuh dan jangan melontarkan stigma negatif.

comments user
Maria Tanjung Sari

Bersyukur banget sekarang informasi mudah didapatkan, sehingga kusta juga sudah tidak menjadi momok bagi sebagian besar orang. Support untuk OYPMK itu sangat penting setelah mereka sembuh

comments user
lylamanzila

Misal aja ya tetangga kena kusta sudah otomatis dijauhi karena stigma itu menular lewat udara. Loh padahal kan enggak ada banyak faktor kuta itu sendiri, nah dengan begini sering digaungkan maka masyarakat indonesia jadi makin tay

Post Comment

You May Have Missed