6 Langkah Transformasi Digital Bisnis Offline ke Online
Perkembangan teknologi yang begitu pesat menjadi pemantik bagi banyak orang untuk mengubah strategi mereka dalam mengembangkan usaha. Transformasi bisnis dari offline ke bisnis online pun dilakukan semua pelaku ekonomi. Terlebih di saat pandemi, dimana pembatasan pergerakan dan kegiatan masyarakat menjadi kendala tersendiri.
Agar bisnis mereka tetap bisa survive di tengah pandemi, maka banyak perusahaan ataupun pelaku usaha kecil mikro dan menengah juga mengikuti perkembangan yang ada.
Mengutip dari Katadata.co.id, hasil Riset Microsoft dan IDC Asia Pasifik menunjukkan, bahwa 74% perusahaan di Indonesia mempercepat digitalisasi akibat pandemi corona. Tentu ini jumlah yang cukup besar.
Jumlah ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki kemauan untuk menangkap peluang yang ada. Tidak hanya diam, menunggu di toko hingga customer datang. Kalau perusahaan melakukan digitalisasi dengan sistem yang dibangun sedemikian rupa. Masyarakat menengah ke bawah beralih ke dunia online dengan memanfaatkan platform seperti instagram, shoppee, bukalapak, dan lain sebagainya.
Sebenarnya bagaimana sih transformasi ini dilakukan? Cukup sekedar memindah toko dan segala produknya dari offline (toko) menuju online atau ada hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan transformasi ke dunia bisnis online?
Apa saja langkah transformasi bisnis offline ke bisnis online dan bisa tetap bertahan? Dony Saputra, Senior Business Development Manager di Go Mobile Indonesia dengan pengalaman lebih dari 4 tahun di Digitalisasi Bisnis mengupas tuntas bagaimana transformasi digital bisnis dari offline ke online dengan judul How To Transform your Business from Offline to Online. Tema ini disampaikannya dalam Exabytes Digital Day (EDD) yang diselenggarakan oleh Exabytes pada 17 Maret 2022.
A. Apa itu Transformasi Digital?
B. Persiapan beralih dari Bisnis Offline ke Online
Transformasi bisnis dari offline menjadi bisnis online bukanlah perkara mudah yang bisa dilakukan begitu saja. Apa tidak bisa dilakukan begitu saja? Bisa, sangat bisa dilakukan begitu saja kalau sekedar beralih dari bisnis offline ke online. Tapi tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak? Akankah sesuai dengan harapan atau sebaliknya.
Untuk itu dalam transformasi digital bisnis dari offline ke online kita perlu memperhatikan banyak hal berhubungan dengan bisnis kita, strateginya, dan pelanggan kita. Apakah pelanggan kita sudah siap mengikuti kita, atau sebaliknya hanya akan meninggalkan kita karena mereka tidak siap dengan perubahan yang kita lakukan.
Untuk itu kita perlu mempersiapkan segalanya dengan baik, agar bukan kecewa yang di dapat di kemudian hari. Untuk kesana kita perlu menekankan perhatian kita pada beberapa hal berikut.
1. Pastikan Brand
Baik bisnis offline maupun online, brand menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Brand yang dibangun dengan baik akan menjadi pelanggan atau calon pelanggan mudah dalam mengenali. Dalam membangun brand yang kuat kita perlu memastikan hal-hal ini:
a. Identifikasi audience persona
Dalam identifikasi audience persona sebagai pelaku bisnis kita perlu melakukan analisa siapa pelanggan kita, rentang usia mereka berapa sampai berapa, apa profesinya, kemudian gender yang dituju, sumber media yang digunakan sehingga mereka mengenal kita.
Semakin detail identifikasi yang dilakukan akan memberikan hasil yang semakin bagus. Mengapa demikian? Karena akan ada hasil yangs emakin beragam, misal keinginan audience kita seperti apa.
b. Tentukan brand proposition value
Dalam bisnis online sedikit kita sebagai pelaku usaha perlu tahu betul brand seperti apa yang akan dibangun, dilekatkan kepada usaha kita. Misal kita memiliki usaha busana muslim. Nilai apa yang akan kita bangun atau orang ingin melihat kita sebagai brand busana muslim yang bagaimana? Mau menjadikan busana muslim yang simple, yang benar-benar fashionable, multipurposes mungkin sehingga bisa digunakan untuk segala jenis acara.
Di sini tugas kita adalah memberikan gambaran kepada pelanggan atau calon pelanggan secara jelas. Seperti menampilkan image dari brand yang kita miliki. Tujuannya adalah agar ada komunikasi emosional dengan mereka.
c. Bangun Brand Trust
Brand trust akan membantu kita membangun hubungan dengan customer saat menjalankan bisnis online. Brand trust akan membuat hubungan antara kita dengan pelanggan semakin lebih nyaman dalam interaksi.
Untuk mendukung dan membangun brand trust ini jika memang bisa kita perlu mendukungnya dengan membuat story telling sehingga audiences akan merasa lebih enjoy, mereka akan memiliki keterikatan.
Tiga hal ini perlu diidentifikasi dan dianalisis secara mendalam oleh kita selaku pemilik usaha atau pelaku UMKM sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
2. Apa yang ditawarkan pada customer secara online?
Ketika sudah siap untuk pindah dari offline ke online maka perlu pertanyaan apakah audien sudah siap pindah atau tidak?
Kesiapan ini perlu dipahami, disiapkan, sehingga mereka bisa melihat contoh produk, panduan pemilihan ukuran, info produk yang detail pada pelanggan.
a. Info product
Dalam menyediakan info product bagi (calon) pelanggan kita membuat product knowledge yang bisa diberikan kepada (calon) pelanggan. Selain itu kita bisa memberikan informasi aktivitas misal proses atau aktivitas pengerjaan produk, pengiriman, atau hal lain. Berhubungan dengan info product kita bisa memperhatikan hal dibawah ini:
- Apa yang bisa kamu ajarkan kepada customer?
- Apa perusahaanmu punya keahlian khusus atau proses yang unik yang bisa dibagikan kepada customer?
- Apakah kamu punya keahlian lain yang masih berhubungan dengan bisnis utamamu?
b. Product Component
Pada product component yang perlu diperhatikan adalah kita memberikan nilai penting pada konsumen. Misal kita memiliki brand baju muslim. Selain baju muslim tentunya ada yang lain. Agar bisa bernilai, kita bisa sampaikan kelebihan kenapa harus memilih produk ini dan kemudahan yang ada pada produk kita.
c. Expert Help
Saat masuk tahap akhir orang akan memilih untuk membeli, maka butuh customer service yang melayani. Customer service ini akan menerima pertanyaan, melayani konsultasi, menangani konsumen sehingga bisa dengan mudah menjelaskan pada konsumen tentang harga, bahan, dan spesifikasi produk.
Biasanya kita akan berjumpa dengan konsumen yang membandingkan harga produk kita dengan produk lain. Disini kita bisa memberikan mereka penjelasan tentang produk kita, kenapa harga berbeda sedang barang sama? Maka kita bisa menjelaskan dari bahannya, kualitasnya, dan lain sebagainya.
Ketiga hal di atas, info product, product component, dan expert help bisa diberikan atau kepada (calon) konsumen untuk memberikan kemudahan kepada mereka sekaligus untuk meyakinkan mereka.
Pertanyaan besar yang perlu kita jawab adalah apakah produk kita sudah siap di pasarkan secara online? Tentu pertanyaan ini kemudian harus diikuti dengan pembuatan sistem untuk online.
3. Mengenal tipe-tipe digital interaction dengan customer
Dalam transformasi bisnis dari offline ke online kita perlu menyadari kalau dalam bisnis ada interaksi dengan orang lain. Nah, pembeda antara bisnis offline dan online adalah kita perlu sadar sebenar-benarnya kalau bermacam interaksi.
a. Informative
Di sini sebagai pelaku usaha kita perlu menyadari bahwa dalam interaksi bersifat informatif kita dituntut untuk memberikan informasi sedetail mungkin. Informasi yang bisa menjawab apa yang dibutuhkan oleh konsumen.
Interaksi informatif ini bisa berupa website dan akun sosial media yang menginformasikan setiap aktivitas bisnis yang dilakukan.
b. Engage and Create
Pada engage and create interaction ini konsumen bisa meninggalkan feedback, komentar sesuai dengan apa yang dipromosikan oleh kita selaku pelaku bisnis.
Interaksi ini sama dengan informatif, berupa website dan akun sosial media untuk berinteraksi dengan pelanggan kita, namun mereka tetap melakukan pembelian secara offline..
c. Fully interaction
Disini biasanya berupa platform atau beberapa platform yang menajdi wadah untuk semua interaksi customer dan perusahaan.
4. Agar digital interactions masuk ke dunia online
Kita sudah mengetahui dan mengenal beberapa tipe-tipe interactions. Lalu bagaimana cara membuat digital interactions masuk ke dalam dunia online?
a. Bisnis online dengan Agregator
Agregator paling besar saat ini yang banyak digunakan oleh pelaku UMKM yaitu Tokopedia, JD.ID,Traveloka, Shopee, elevania, dll. Aggregator atau kita lebih mengenal dengan e-commerce.
Jika ini menjadi pilihan, kita tidak perlu menyediakan ekosistem, karena ekosistem dan sistemnya sudah ada. Kita tinggal menggunakan dengan syarat dan ketentuan pada masing-masing penyedia.
Saat menggunakan aggregator biasanya kita akan dikenai biaya masuk dan fee untuk aggregator.
b. Bisnis Online tanpa Aggregator
Jika ini menjadi pilihan, maka kita harus memahami apa yang customer kita butuhkan dalam dunia online. Selain itu kita perlu membuat ekosistem sendiri untuk mendukung aktivitas.
5. Mempersiapkan Ekosistem
Dalam mempersiapkan ekosistem untuk mendukung tranformasi bisnis offline ke online kita membutuhkan ekosistem yang didukung dengan platform pada masing-masing tahap.
a. Interaction.
Kita bisa mencari platform yang bisa memenuhi kebutuhan kita seperti landing page, toko online, website. Setelah disiapkan maka akan masuk pada engage and create.
b. Engage and Create
Ini menjadi bagian penting yang perlu dipastikan. Beli atau tidaknya konsumen tergantung pada konsultan online. Saat ini pertanyaan dan jawaban sudah bisa diakses dengan mudah melalui AI board. AI Board ini akan akan membantu menjawab pertanyaan konsumen berdasarkan FAQ . Tidak kalah penting adalah visualisasi. Visualisasi atau tampilan gambar juga akan mempengaruhi dalam penentuan keputusan untuk membeli. Untuk mendukung ini tentu diperlukan sebuah rencana atau content plan.
c. Purchase
Setelah membeli maka akan ada transaksi. Disini kita perlu yang namanya platform payment gateway untuk membantu proses transaksi pelanggan saat belanja online. yang terintegrasi dengan bak dan e wallet.
Tidak kalah penting pada tahap ini adalah pembuatan invoice yang fully electronic and automatic.
d. Delivery
Setelah purchasing maka akan diikuti oleh delivery. Hal yang perlu diperhatikan adalah promo pengiriman khusus brand tertentu. Saat menjalin kemitraan dengan jasa pengiriman, kita harus tahu bahwa saat kebutuhan kita banyak biasanya pihak memberikan penawaran lebih baik. Sehingga bisa didiskusikan bagaimana perihal pengiriman.
e. Client Interaction
Client interactions bisa menjadi kelebihan saat kita memilih menjalankan bisnis online tanpa agregator. Kelebihan itu adalah kita akan memiliki data konsumen dan informasi catatan seberapa sering konsumen kita melakukan pembelian.
Data-data yang ada bisa digunakan sebagai bahan untuk menginformasikan produk atau memberikan penawaran kepada pelanggan kita. Bisa dilakuakn dengan email marketing atau whatsapp marketing.
6. Metode promosi low budget
Diantara jenis metode promosi yang bisa kita optimalkan untuk mendukung transformasi bisnis online, kita bisa memilih:
a. SMM dan Content Marketing
Sudah tahu kan apa itu SMM dan Content Marketing? SMM tidak lain adalah Social Media Marketing. SMM merupakan metode atau strategi pemasaran dengan optimalkan media sosial baik secara gratis maupun berbayar dengan iklan promosi.
Sedangkan content marketing lebih pada aktivitas produksi dan mendistribusikan konten yang menarik dan memiliki value. Tujuan dari content marketing ini adalah untuk menarik perhatian dan minat pelanggan baru, serta untuk maintenance dan menjaga pelanggan lama.
b. Micro Influencer
Saat melakukan promosi dengan menggunakan jasa micro influencer kita perlu memilih dengan baik. Gunakan mereka yang benar-benar memiliki engagement tinggi. Berhubungan dengan micro influencer kita perlu teliti menggunakan jasa mereka utamanya dalam hal apakah mereka sesuai dengan target pasar kita..
c. Cross Promotion
Cross promotion merupakan partnership. Sebagai contoh ada brand fashion kaum hawa dan kaum adam. Mereka kemudian bertemu membicarakan untuk membuat partnership. Setelah itu mereka melanjutkan kerjasama hingga bisa launching produk baru yang itu adalah product couple.
d. Testimonial
Testimonial bisa jadi bahan promosi dalam promosi produk yang ini akan sangat mempengaruhi dalam perluasan produk kita.
e. Youtube channel, Podcast
f. Email marketing dan SMS Marketing
Pada waktu tertentu misal saat gajian kita kirimkan promo kepada pelanggan atau saat ada event penting pada pelanggan.
g. Katalog dan review online google maps.
Tidak bisa dipungkiri saat mencari sesuatu misalkan usaha kita seperti deeva collection, maka akan muncul hasil pencarian di mesin pencar.
Untuk lebih menguatkan, kita bisa memasukkan produk kita di google map sebagai bagian dari review. Ini bentuk promosi yang benar-benar low budget yang gratis.
h. Website agregator
Kita bisa menggunakan e-commerce misal Tokopedia atau Shopee atau yang lainnya. Didalamnya sudah ada fasilitas ads dengan budget minim dari 50 ribu sampai 100 rb. Sehingga kita bisa memiliki kesempatan iklan dengan kata kunci yang bisa digunakan konsumen.
C. Kesimpulan
Melakukan transformasi bisnis digital dari bisnis offline ke bisnis online tidaklah semudah yang kita bayangkan. Membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam menjalani setiap prosesnya. Ini karena bisnis online sangat berhubungan juga dengan konsumen atau pelanggan kita saat offline.
Kita perlu melakukan identifikasi kesiapan produk dan sistem kita, serta ekosistem dari bisnis online yang kita akan jalankan. Selain itu ada konsumen yang harus kita perhatikan, apakah mereka sudah siap untuk beralih dari offline ke online atau tidak?
Jika memang semua sudah disiapkan dengan baik, analisis sudah dijalankan maka bisa dilakukan go online untuk bisnis kita. Memastikan bagaimana agar mereka bisa melakukan repeat order dari produk kita. Memancing dengan promo pada hari tertentu misal ulang tahun, tanggal besar, tanggal gajian. Tawarkan mereka secara khusus dengan diskon khusus. Hanya bisa digunakan berapa jam ke depan. Pahami momen yang bisa dijadikan promosi untuk mendukung bisnis online agar bisa terus berkembang.
Jika memang sudah siap dengan segala ekosistem dan strategi yang akan diterapkan, jangan tunda lagi untuk melakukan transformasi digital. Mengubah bisnis dari offline ke bisnis online untuk mengambil peluang yang lebih besar.
0 comments