Konten [Tampil]
Terjadinya disabilitas kusta akan menurunkan kualitas hidup. Sobat deeva collection, saya begitu terkejut saat mendengarkan data yang disampaikan oleh Host Rizal Wijaya bahwa pada 2017 angka disabilitas kusta mencapai 6,6 per 1 juta penduduk. Angka yang begitu tinggi jika dibandingkan dengan angka disabilitas kusta yang ditargetkan pemerintah yaitu kurang dari 1 per 1 juta penduduk.
Talkshow Ruang Publik KBR |
Tingginya angka disabilitas karena kusta ini dipengaruhi beberapa hal seperti stigma terhadap lepra yang begitu negatif dan menakutkan bagi masyarakat, dan terlambatnya penanganan dan penemuan kasus kusta.
Untuk itu Ruang Publik KBR mengadakan live streaming talkshow dengan menghadirkan Dr.dr. Sri Linuwih Susetyo, SpKK(K) selaku Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen (Kusta)Indonesia PERDOSKI yang banyak membahas tentang kusta yang masih memiliki stigma negatif di masyarakat kita. Selain itu juga menghadirkan Kelompok Perawatan Diri Kecamatan Astanajapura Cirebon, Dulamin.
Lebih lanjut kita perlu mengetahui bahwa penyebab disabilitas kusta sebenarnya adalah kuman kusta yang menyerang syaraf. Syaraf ini dapat menyebabkan mati rasa, kelumpuhan, atau kekeringan kulit.
Jika yang dialami mati rasa, saat ada luka seringkali membiarkan dan tidak dibawa untuk berobat karena tidak ada rasa sakit yang dirasakan. Kondisi ini saat dibiarkan terus menerus ternyata akan berdampak pada rusaknya jaringan yang lain termasuk tulang sehingga menjadi cacat.
Pada aspek kelumpuhan ini berhubungan dengan otot atau motorik yang kemudian menyebabkan lumpuh, baik lumpuh layu atau lumpuh kaku. Saat dalam keadaan ini kuman menyerang syaraf, dan mengganggu kesehatan bagian tubuh lainnya, termasuk kulit.
Timbulnya kelainan, dari masuknya kuman hingga terindikasi kelainan bisa tahunan. Hal ini sulit diprediksi, sulit dicari karena tidak spesifik. Rata-rata 3-5 tahun baru menjadi kusta, namun bisa juga lebih dari waktu ini. Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan pemeriksaan diri hingga terbukti apakah itu kusta atau bukan jika mengalami gejala.
Bagaimana jika berada di bagian lain, seperti punggung apakah masuk disabilitas? Menurut Ibu Sri, disebut disabilitas jika menyerang saraf pada tangan yang ada pada siku, bagian kaki dari saraf dibelakang lutut, bahkan bagian saraf mata juga bisa.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa semua kusta akan berpotensi menjadi disabilitas, bila terjadi kerusakan pada saraf.
Untuk itu Ruang Publik KBR mengadakan live streaming talkshow dengan menghadirkan Dr.dr. Sri Linuwih Susetyo, SpKK(K) selaku Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen (Kusta)Indonesia PERDOSKI yang banyak membahas tentang kusta yang masih memiliki stigma negatif di masyarakat kita. Selain itu juga menghadirkan Kelompok Perawatan Diri Kecamatan Astanajapura Cirebon, Dulamin.
A. Mengapa bisa terjadi disabilitas karena kusta?
Persepsi masyarakat saat ini yang masih salah dan tetap menjadi fakta adalah kusta adalah cacat atau disabilitas, di mana menyebabkan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari.Lebih lanjut kita perlu mengetahui bahwa penyebab disabilitas kusta sebenarnya adalah kuman kusta yang menyerang syaraf. Syaraf ini dapat menyebabkan mati rasa, kelumpuhan, atau kekeringan kulit.
Jika yang dialami mati rasa, saat ada luka seringkali membiarkan dan tidak dibawa untuk berobat karena tidak ada rasa sakit yang dirasakan. Kondisi ini saat dibiarkan terus menerus ternyata akan berdampak pada rusaknya jaringan yang lain termasuk tulang sehingga menjadi cacat.
Pada aspek kelumpuhan ini berhubungan dengan otot atau motorik yang kemudian menyebabkan lumpuh, baik lumpuh layu atau lumpuh kaku. Saat dalam keadaan ini kuman menyerang syaraf, dan mengganggu kesehatan bagian tubuh lainnya, termasuk kulit.
B. Apakah semua kusta menyebabkan disabilitas?
Kecenderungan kusta bisa menyebabkan disabilitas, namun jika terdeteksi sejak dini dapat ditangani dan dicegah. Kemungkinan keseluruhan menjadi cacat bisa terjadi karena kuman menyerang syaraf. Namun demikian, bisa juga tidak menyebabkan cacat pada tipe-tipe tertentu yang kelainannya tidak berada pada area yang menyebabkan cacat.Gejala awal kusta adalah timbulnya bercak, bisa putih, bisa merah, dan mati rasa. Itu gejala awal yang harus diwaspadai. Kita harus buktikan apakah ini kusta atau bukan kusta.Bercak yang ada di tubuh bisa satu, bisa banyak pada seluruh tubuh. Ada yang tipe bercak 1 dan mati rasa misal ada di punggung.
Ada yang mati rasa tidak terlalu dominan, tapi kelainan sudah menyeluruh ke seluruh tubuh sudah lebih berat.
Timbulnya kelainan, dari masuknya kuman hingga terindikasi kelainan bisa tahunan. Hal ini sulit diprediksi, sulit dicari karena tidak spesifik. Rata-rata 3-5 tahun baru menjadi kusta, namun bisa juga lebih dari waktu ini. Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan pemeriksaan diri hingga terbukti apakah itu kusta atau bukan jika mengalami gejala.
Begitu ada bercak mencurigakan yang tidak gatal, tidak sakit, tidak sembuh dengan obat jamur, eksim, maka patut dicurigai, dan segera periksakan hingga terbukti itu bukan kusta.
C. Bagian tubuh paling beresiko mengalami kusta?
Bagian tubuh disabilitas adalah bagian yang ada pada bagian tangan, kaki, dan mata. Ini karena sangat berfungsi pada kegiatan sehari-hari.
Bagaimana jika berada di bagian lain, seperti punggung apakah masuk disabilitas? Menurut Ibu Sri, disebut disabilitas jika menyerang saraf pada tangan yang ada pada siku, bagian kaki dari saraf dibelakang lutut, bahkan bagian saraf mata juga bisa.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa semua kusta akan berpotensi menjadi disabilitas, bila terjadi kerusakan pada saraf.
D. Waktu Pengobatan Kusta
Dalam penelitian dilakukan WHO sekali pengobatan bisa membunuh bakteri lebih dari 95% bahkan hingga 99%.Pengobatan kusta kering adalah 6 bulan sedangkan kusta basah yang mengandung bakteri lebih banyak adalah 12 bulan.
Apakah waktu ini pasti? Semua juga tergantung pada kondisi pasien, bahkan bisa diperpanjang masa pengobatan apabila terjadi sakit lain pada tubuh yang memperlambat proses penyumbuhan.
Untuk pengobatan kusta ini, obatnya sudah disediakan dalam satu paket. Sehingga penderita tidak perlu bingung dengan obat yang harus dikonsumsi. Dr. dr. Sri juga menyampaikan kepada peserta talkshow dan seluruh masyarakat bahwa pengobatan kusta ini gratis dan obatnya bisa diambil di Puskemas.
Namun demikian, belum tentu selalu tertular karena daya tularnya rendah sekali dan sangat tergantung pada kondisi tubuh orang yang akan ditulari.
Konsen pada perawatan diri untuk mencegah terjadinya disabilitas karena kusta. Dalam pelaksanaannya, kelompok ini melakukan pertemuan rutin untuk melihat kontrol perawatan diri dari mereka yang mengalami. Apakah mereka sudah membersihkan secara rutin atau tidak?
Dulamin yang tak lain adalah Ketua KPD menceritakan bahwa dirinya terkena kusta pada usia 35 tahun. Untuk penyembuhan tersendiri, beliau memakan waktu satu tahun.
Dia menyampaikan bahwa masyarakat sangat memerlukan edukasi dan mendapatkan informasi yang sedetail mungkin tentang kusta. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kusta ini. Sehingga masyarakat bisa mencegah dan mengobati secara dini.
Dalam talkshow yang diselenggarakan KBR Ruang Publik dengan menggandeng beberapa komunitas agar upaya sosialisasi dan edukasi tentang kusta bisa lebih masif.
Untuk pengobatan kusta ini, obatnya sudah disediakan dalam satu paket. Sehingga penderita tidak perlu bingung dengan obat yang harus dikonsumsi. Dr. dr. Sri juga menyampaikan kepada peserta talkshow dan seluruh masyarakat bahwa pengobatan kusta ini gratis dan obatnya bisa diambil di Puskemas.
E. Kusta Menular Pada Orang Sehat?
Kemudian timbul pertanyaan dalam diri atau benak kita, apakah kusta menular pada orang sehat? Dr. dr. Sri Linuwih Susetyo, SpKK(K) menyampaikan bahwa orang sehat bisa tertular kusta oleh penderita yang belum terobati dan memiliki porsi kuman yang banyak.Namun demikian, belum tentu selalu tertular karena daya tularnya rendah sekali dan sangat tergantung pada kondisi tubuh orang yang akan ditulari.
F. Bisakah Perawatan Diri Cegah Disabilitas Karena Kusta?
Di Cirebon terdapat sebuah kelompok yang dinamai Kelompok Perawatan Diri. Suatu kelompok yang terdiri dari 20 orang anggota. Mereka adalah orang pernah mengalami kusta dan memiliki kesadaran dan kesamaan tujuan untuk bisa keluar dari kusta.Konsen pada perawatan diri untuk mencegah terjadinya disabilitas karena kusta. Dalam pelaksanaannya, kelompok ini melakukan pertemuan rutin untuk melihat kontrol perawatan diri dari mereka yang mengalami. Apakah mereka sudah membersihkan secara rutin atau tidak?
Dulamin yang tak lain adalah Ketua KPD menceritakan bahwa dirinya terkena kusta pada usia 35 tahun. Untuk penyembuhan tersendiri, beliau memakan waktu satu tahun.
Dia menyampaikan bahwa masyarakat sangat memerlukan edukasi dan mendapatkan informasi yang sedetail mungkin tentang kusta. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kusta ini. Sehingga masyarakat bisa mencegah dan mengobati secara dini.
Dalam talkshow yang diselenggarakan KBR Ruang Publik dengan menggandeng beberapa komunitas agar upaya sosialisasi dan edukasi tentang kusta bisa lebih masif.
Sebagai salah satu orang yang bergabung dalam 1minggu1cerita saya merasa bahagia bisa ikut dalam event ini. Saya bisa tahu banyak hal berhubungan dengan kusta itu sendiri. Mulai dari gejala kusta yang perlu kita pahami, bagaimana pengobatan kusta, apakah kusta menular kepada orang sehat.
Selain itu melalui talkshow bertajuk Yuk, cegah disabilitas karena kusta yang diselenggarakan pada 20 Desember 2021 ada beberapa informasi penting bisa dilakukan bersama untuk mencegah disabilitas karena kusta, yaitu kesadaran akan indikasi kusta, penanganan atau pengobatan sejak dini dan teratur, serta keterlibatan dalam perawatan diri. Pas banget karena hari disabilitas juga diperingati pada bulan Desember, tepatnya pada 3 Desember yang lalu.
Selain itu melalui talkshow bertajuk Yuk, cegah disabilitas karena kusta yang diselenggarakan pada 20 Desember 2021 ada beberapa informasi penting bisa dilakukan bersama untuk mencegah disabilitas karena kusta, yaitu kesadaran akan indikasi kusta, penanganan atau pengobatan sejak dini dan teratur, serta keterlibatan dalam perawatan diri. Pas banget karena hari disabilitas juga diperingati pada bulan Desember, tepatnya pada 3 Desember yang lalu.
Saya juga nonton nih talkshownya. Setuju banget kalau kusta ini bisa disembuhkan dan kita wajib tahu bagaimana cara pencegahannya..
ReplyDeleteBetul sekali, Kak Natih. Setidaknya pengetahuan kita bisa menjadi penguat bagi orang lain.
Deleteinformasi terkait kusta emang harus lebih banyak di share ya mba, agar masyarakat luas lebih banyak yang tahu dan peduli. aku aja baru tahu loh setelah ikut talkshow ini kalau kusta bisa sembuh dan daya tularnya rendah sebetulnya
ReplyDeleteYes, setuju sekali, kak. Akupun awalnya juga tahu kalau kusta itu menakutkan banget. Akhirnya kita menjauhi ornag yang kena. Padahal harusnya kita hadir lebih dekat biar ikut menyemangati mereka untuk sembuh
DeleteWaduh ngeri juga ya penyakit kusta ini. Sampai bisa menyebabkan disabilitas pada penderitanya. Parahnya lagi penyakit kusta bisa menular kepada orang sehat.
ReplyDeleteIya, Kak. Tapi selama itu bisa dicegah dan diobati sejak dini insya Allah terhindar dari disabilitas. Kalau menular ke ornag sehat, juga tergantung dengan kondisi imunitas yang ditulari. Yang penting, jika menemukan gejala kudu aware dan periksa untuk membuktikan itu kusta atau bukan
DeleteSemoga semakin banyak sosialisasi tentang hal ini, ya, agar semakin banyak yang tau bahwa penyakit yang satu ini walau menular tapi bisa diobati, dan bisa dimulai pengobatannya sejak dini. Sehingga si penderita terhindar dari isolasi, underestimation, dan bullying. Dan yang bukan penderitanya juga bisa paham bagaimana menghindari dari keadaan tertular.
DeleteTrims infonya, Mas.
Beberapa daerah sudah menyebarkan literasi tentang kusta, karena beberapa terdapat stigma negatif tentang penderita kusta. Perlu juga info tentang pencegahan dan penanganan dini tentang kusta
ReplyDeletePR besar kita adalah mengubah stigma negatif, karena bagaimanapun penagruhnya besar banget di masayrakat.
Deletesalut dengan Fuang Publik dari Kbr ini
ReplyDeletebiar semakin banyak masyarakat yang teredukasi dengan kusta ini yaa mbak
Betul, Kak. Konsennya pad akesehatan sangat terasa sekali.
DeleteMasih banyak saudara-saudara kita yang disabilitas di luar sana yang belum mendapat tempat dan ruang untuk mengekspresikan versi terbaik diri mereka. Senang KBR bisa menjadi jembatan penghubung mereka, khususnya turut serta mengedukasi lebih banyak untuk menghilangkan stigma negatif akan kusta.
ReplyDeleteBetul, Kak. Kitapun yang yang sudah tahu harus ikut serta ambil peran dalam mengedukasi, dan menguatkan mereka.
DeleteRuang Publik KBR emang keren, selalu memberitakan yang luput diberitakan
ReplyDeletegak banyak yang tahu bahwa kusta masih bercokol di Indonesia
dengan kampanye KBR, pemahaman masyarakat pada penyakit kusta lebih meluas
Betul sekali, Kak. Setuju saya. Kusta ternyata masih tinggi di Indonesia, 6,6 per 1 juta. kalau penduduk kita 250 juta, tinggal kalikan betapa banyaknya.
DeleteLIterasi tentang kusta ini harus diedukasi terus yah supaya stigma negatifnya perlahan pudar
ReplyDeleteBetul, Kak. Literasi pun jangan sampai putus hanya di tulisan, kita bisa ikut sebarkan dalam komunitas kita atau lingkungan sekitar kita.
DeleteWah baru tahu penyakit ini ternyata masih mengintai di Indonesia, literasinya harus lebih ditingkatkan untuk memberikan edukasi mengenai kusta ini
ReplyDeleteIya, Kak. Edukasi dan kesadaran masyarakat yang harus ditingkatkan.
DeleteWah ternyata kusta nyampe sekarang masih jadi program pemerintah untuk terus dikurangi ya, semoga penderita kusta terus sadar diri dan takut untuk berobat apalagi sekarang obat kusta yang saya tahu sudah gratis di puskesmas setempat. Silakan dicoba saja.
ReplyDeleteBetul,Kak obat kusta sepaket di puskesmas dan bisa diakses gratis. PR besar adalah kesadaran untuk memeriksakan diri jika memiliki gejala
DeleteNgeri banget dampak kusta ini, bisa membuat disabilitas klo gk diobati. So informasi seperti ini patut disebar luaskan.
ReplyDeleteIya, Kak. penting sekali edukasi untuk memahami apa itu kusta dan bagaimana gejalanya
DeleteAwalnya kuman tapi bisa bikin lumpuh kalau ga segera ditangani hiks sedih banget. Makanya penting bagi yang punya gejala langsung ke faskes 1
ReplyDeleteIyes, Kak. mulai sekarang kita ga boleh anggap remeh hal yang sepele sebelum memastikan kebenarannya
DeleteBaru pertama kali ini aku baca informasi lengkap mengenai Kusta, lho! Beneran ini sangat bermanfaat dan benar masyarakat kita perlu diedukasi terus menerus mengenai hal ini agar mereka bisa melakukan tindakan preventif ataupun pengobatan secepatnya jika sedang atau salah satu keluarganya ada yang mengalami.
ReplyDeleteMakasih, Kak. Betul sekali, kita harus ikut serta memberikan edukasi pada masyarakat
DeleteStigma negatif tentang penderita kusta memang masih banyak ditemui. Semoga literasi tentang kusta ini bisa terus dilakukan dari waktu ke waktu, dan pada setiap lapisan masyarakat.
ReplyDeleteAamiin, moga terus istiqomah menebar kebaikan hingga stigma negatif tak lagi menjadi beban,
DeleteSetuju Pak Gie. Selain disabilitas, yang perlu dicegah adalah pemutusan rantai penularan dan stigma negatif masyarakat
ReplyDeleteSetuju kan Pak Gie? Justru stigma masyarakat itu yang bikin penderita jadi stress dan akhirnya jadi susah sembuhnya
DeleteSetuju pake banget sekali Pak Dokter, selain kesadaran dan pengobatan, stigma negatif ini harus dibuang jauh-jauh. Mau berobat ditakut-takutin, jadinya tambah ga berobat. Sakit dibilang kutukan, akhirnya malu, ga bersosialisasi, ga berobat, ga tahu perawatan, jadinya merambah pada yang lain.
Deleteiya benar, sosialisasi dan literasi tentang apa itu kusta harus disebar luarkan ke masyarakat. Karena kasihan juga di beberapa tempat, banyak bahkan. banyak yang awal tentang hal ini dan berujung dengan menjudge penderita kustanya.
ReplyDeleteYuk bareng-bareng ambil bagian, kak.
Deleteaku juga pernah ikutan ruang publik dari KBR ini
ReplyDeleteacara yg bermanfaat banget
apalagi masih banyak stigma bagi penderita kusta
Wah, iya Kak, Acara keren nih, pembahasannya mengena banget
DeleteWah info kaya gini memang harus disebarluaskan nih, jadi dengan perawatan sedini mungkin dan seoptimal mungkin maka penderita kusta bisa terhindar dari disabilitas yang dulu sering terjadi yaa
ReplyDeleteBagus sekali acara talkshow Ruang Publik BKR ini :) Bahasan penyakit kusta memang tiada habisnya. Alhamdulillaah dapat disembuhnya walaupun butuh kesabaran luar biasa :) Dahulu, penderita kusta sampai dipasung di desa2 dan dianggap kena kutukan :(
ReplyDeleteAku penah ikut talkshow KBR. dan jadi tahu tentang penderita kusta yang ternyata masih cukup banyak di negeri ini. Bener sih kalo pengobatan kusta kering dan basah itu berbeda jangka waktunya. Semoga deh dengan teman blogger yang sharing info begini bisa menambah pengetahuan untuk masyarakat
ReplyDeleteAamiin, moga kita dan teman blogger lain terus menebar kebaikan untuk bangsa ini melalui literasi positif
DeleteMenjauhi stigma terhadap kusta menjadi bagian penting, karena mereka memiliki hak yang sama dalam sektor apa pun
ReplyDeleteBetul sekali, Kka. Ini bagian terpenting, PR paling banget untuk diselesaikan
DeleteButuh edukasi menyeluruh kepada masyarakat ya mba untuk memberantas stigma negatif mengenai kusta ini. harapannya kusta tidak ada lagi menyerang.
ReplyDeleteIya, kak. Harus sampai pada tingkat paling bawah di masyarakat, tidak hanya di perkotaan tapi di pedesaan dan pedalaman yang memang kental dengan stigma negatif
DeleteTernyata disabilitas pada kusta bisa dicegah ya dengan cara berobat dan minum obat tanpa putus hmm noted mabak infonya.
ReplyDeleteBetul, yang terpenting lagi, tidak terlambat untuk mengobati, kalau udah terlambat jadinya disabilitas itu
DeleteKok jadi ngeri ya, kusta masih ada hingga sekarang, padahal penyakit ini sudah ada waktu aku kecil, alm.ayahku suka cerita gimana parahnya kusta bisa bikin jari putus. Semoga dapat dicegah dengan awareness seperti ini
ReplyDeleteAamiin, iya, Kak. kalau denger cerita dulu ngeri banget. Tapi semakin kesini sepertinya kesadaran masyarakat semakin bertambah
DeleteNah ini yang membuat orang perlu edukasi tentang gejala awal penyakit kusta itu sendiri. Kadang karena tidak terasa,tidak sakit makanya cuek..angka capaian target mengurangi disabilitas akibat kusta jadi susah didapat. Dengan adanya edukasi seperti yang dilakukan KBR ini sangat bermanfaat sekali.
ReplyDeleteBetul, mbak kesadaran untuk memeriksakan diri menjadi poin yang perlu dipegang kita.
DeleteTalkshow ruang publik KBR ini perlu diseberkan lebih luas, supaya semakin banyak yang tau bahwa penyakit kusta ini ada, meskipun jarang sekali terdengar.
ReplyDeleteTerima kasih sharingnya Kak
Betul, kak. karena memang jarang dibahas, yang banyak dibahas sakit di luar itu
DeleteSaya pun ikutan diskusinya sehingga menambah pemahaman baru juga mengenai kusta ini. Pencegahan udah paling pas dilakukan ya agar bisa mencegah disabilitas tersebut.
ReplyDeleteBetul, Kak. Mencegah lebih baik dari pada mengobati, kesadaran diri lebih baik untuk mencegah semuanya terjadi
DeleteKeren ya pak Dulamin ini bisa mengedukasi dari pengalaman sendiri. Jd orang2 lebih percaya. Semoga stigma buruk kusta hilang biar yg sakit mau berobat dengan segera dan ga terjadi disabilitas :(
ReplyDeleteTalkshow yang diadakan oleh ruang KBR ini bagus sekali, terutama untuk membuka mata dan perspektif yang salah di mata masyarakat selama ini mengenai penyakit kusta yaa mba
ReplyDeletemateri seperti ini memang seharusnya banyak disebarluaskan ya pak, supaya nggak ada lagi stereotop negatif tentang penderita kusta
ReplyDeleteSeneng ya bisa ikutan webinar tentang kusta. Semakin semangat memberantas stigma negatif kusta
ReplyDeletesaya selalu menonton KBR Ruang Publik ketika muncul di time line saya
ReplyDeletekarena KBR Ruang Publik selalu membawa kisah yang sebelumnya kita tak tahu
salah satunya kusta, penyebab disabilitas
disabilitas karena kusta aku baru tahu loh dulu tahunya kusta itu penyakit yang ditakutkan banget, semoga semakin banyak teredukasi kalau kusta bisa mendapatkan pelayanan dan pendidikan juga setara ya
ReplyDeleteSalut dengan KPD ya, adanya komunitas ini seakan memberikan angin segar bahwa PMK memiliki kepedulian tinggi agar masyarakat yg ada gejala kusta tak seperti mereka.
ReplyDeleteSayangnya KPD belum tersebar ke banyak daerah. Semoga oranh2 seperti pak Dulamin semakin banyak. Memiliki semangat yang positif untuk di tularkan ke masyarakat yg masih memiliki stigma negatif ttg kusta
Dengan mengenali gejala awal dengan baik dan dibantu oleh tenaga nakes, maka penyakit kusta ini bisa segera diatasi dengan baik. Semoga masyarakat indonesia menjadi lebih baik dan cegah kusta agar tidak berlarut-larut dan menjadi sebuah disabilitas.
ReplyDeleteSemoga masyarakat lebih menjaga kebersihan, supaya ancaman disabilitas karena kusta, bisa tak terjadi.
ReplyDelete