Apa yang kita rasakan saat melihat tumpukan sampah yang semakin menggunung dari hari ke hari? Sebagian dari kita mungkin akan diam saja. Mencoba bertahan, walau bau tak sedap sering tercium indra kita. Sebagian lagi akan mencoba mencari peluang dengan memilah sampah yang bisa dijual.
Masalah sampah di Banyumas cukup menjadi perhatian. Betapa tidak, dari 2 juta jiwa penduduk Banyumas, volume sampahnya mencapai 700 ton per hari. Ini tentu bukan jumlah yang sedikit. Jika tidak ditangani dengan cepat bisa menimbulkan banyak masalah.
Melihat permasalahan sampah ini, seorang pemuda asal Banjaranyar, Arky Gilang Wahab tidak tinggal diam. Dia mencoba berpikir, mengamati, apa yang bisa dilakukan dengan sampah-sampah yang ada. Setelah beberapa waktu, dia mencoba menghadirkan solusi dengan program Sistem Konversi Limbah Organik untuk Menciptakan Ketahanan Pangan.
Sistem ini menjadikan Arky mampu mengolah sampah rumah tangga dari 5.800 rumah dan dari 80 instansi atau sekitar 16 truk sampah organik per hari.
Melalui program itu dia berharap tidak hanya berkontribusi mengurangi sampah, namun juga bisa menghadirkan pemberdayaan masyarakat.

Masalah adalah Peluang
Masalah adalah peluang. Ungkapan ini sangat tepat ditujukan kepada Arky. Di tangan orang-orang yang tepat, masalah akan mendapatkan solusi yang tepat pula. Tidak hanya solusi, namun juga dampak nyata di masyarakat.
“Tahun 2018, Banyumas mengalami darurat sampah karena TPA ditutup sementara akibat protes warga. Dampaknya, sampah berserakan, di mana-mana terlihat tumpukan sampah. Menjadikan sudut-sudut kota terlihat kotor, dan tak lagi indah,” ungkap Arky.
Kondisi ini menjadikan Arky lulusan S-1 Teknik Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung tergerak untuk mengolah sampah dengan budidaya maggot. Meskipun tidak memiliki latar pendidikan peternakan, dia berusaha untuk mewujudkannya.
Baginya ini adalah hal bermanfaat. Solusi nyata yang tidak hanya bisa mengatasi masalah sampah, namun berdampak pada ekonomi masyarakat. Bahkan bermanfaat bagi banyak bidang lain selain bidang lingkungan seperti pertanian, dan peternakan.
Di mana ada kemauan, di situ ada jalan
“Mencari di mbah Google, dan paper internasional. Karen waktu itu belum ada yang rigid tentang maggot,” jawab Arky saat ditanya belajar maggot dari mana oleh host di acara podcast radioidola.com
Keputusan ini tidak serta merta. Dia mencari beberapa referensi dari Google, bahkan dari paper baik nasional atau internasional yang memberikan gambaran detail tentang apa dan bagaimana budidaya maggot.

Maggot di Indonesia kala itu masih merupakan hal baru. Tak banyak orang yang tahu tentang apa dan bagaimana maggot dibudidayakan. Berbekal pengetahuan yang didapatkan secara otodidak, setahun kemudian dia bisa berhasil membudidayakan maggot di daerahnya.
Dia menceritakan dengan detail bagaimana proses budidaya maggot. Mulai dari menunggu telur menetas, kemudian menjadi larva, dan indukan. Di mana lalat itu nanti bertelur. Setelah bertelur, lalat jantan biasanya akan mati.
Tahun 2020 akhir ada dari peternakan UNSOED yang membantu proses penelitian hingga Arky bisa terus mengembangkan usahanya. Melibatkan banyak orang, menggandeng puluhan instansi.
Dia yang awalnya menekuni bersama sang adik, pada tahun 2020 mulai menggandeng kelompok swadaya masyarakat (KSM). Tujuannya agar bisa mengelola sampah dalam jumlah yang banyak sehingga makin berdampak.
Pengolahan dilakukan dengan pemilihan dan pemilahan jenis sampah. Jenis sampah organik akan diolah menjadi bubur sampah. Bubur sampah ini kemudian digunakan sebagai makanan maggot.
Setelah menunggu beberapa waktu, maggot siap dipanen. Pekerja kemudian akan memanen sebagian maggot untuk dijual langsung kepada petani ikan. Sebagian lagi setelah dipanen akan dikeringkan, untuk kemudian dijual sebagai pakan ternak.
Selain, itu maggot yang dibudidayakan Arky juga difungsikan sebagai komposer, yang akan menghasilkan kompos dari limbah sampah organik, untuk kemudian dijual kepada petani.
Mengapa Memilih Maggot?

Pemilihan maggot bukan tanpa alasan. Selain bisa dibudidayakan untuk pakan ternak, dan ikan, maggot juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan pupuk organik. Maggot banyak menjadi pilihan, karena memiliki kandungan protein tinggi yang sangat baik untuk ternak maupun pupuk.
“Kebutuhan akan pakan ikan, pakan ternak, dan pupuk di Banyumas cukup tinggi” ucap Arky.
Melihat peluang itu, dia memutuskan memilih maggot. Di mana kemudian maggot terbukti tidak hanya membantu mengurai sampah, namun juga mengurangi tumpukan sampah. Selain itu juga mampu memberdayakan banyak orang dan kelompok. Pastinya juga menghasilkan pendapatan yang menjanjikan dari hasil penjualan produknya.
Apalagi, produk olahan maggot yang diolah Arky lebih terjangkau. Lebih murah dari harga pupuk kimia dan harga pakan ternak di pasaran.
Kolaborasi Makin Berdampak

Sesuatu bisa berdampak besar jika dilakukan bersama-sama. Sama halnya seperti dilakukan oleh Arky melalui maggot dan sampah. Jika hanya dikerjakan sendiri, dampaknya tidaklah begitu signifikan. Namun dengan kolaborasi, dampaknya akan makin luas, dan signifikan, khususnya bagi lingkungan.
Untuk memperkuat keberadaan program Sistem Konversi Limbah Organik untuk Menciptakan Ketahanan Pangan, Arky menjalin kolaborasi dengan banyak pihak. Seperti perguruan tinggi untuk mendukung riset dan pemerintah daerah.
Dukungan pemerintah daerah pada gerakan yang dilakukan Arky menjadi gambaran, bahwa ketika masyarakat bersama pemerintah saling menguatkan, dampaknya bagi daerah akan sangat menguntungkan.
Seperti dukungan yang diberikan Pemerintah Banyumas kepada Arky dengan penyediaan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu sebagai tempat pengolahan bubur sampah. dukungan ini sangat berarti karena semakin memudahkan Arky dan tim dalam mengolah sampah organik lebih banyak lagi.
Dampak Program Maggot Arky
Kolaborasi dengan berbagai pihak menjadikan program pengelolaan sampah dan maggot oleh Arky semakin dirasakan dampaknya oleh masyarakat.
- Dampak pada lingkungan
Lingkungan sekitar, sudut-sudut desa atau perkotaan tak lagi penuh dengan timbunan sampah yang keberadaannya sangat mengganggu lingkungan sekitar dan berdampak pada kesehatan.
- Dampak dunia kerja
Pengolahan maggot yang awalnya dikelola sendiri oleh Arky dan keluarga, kini bisa makin berdampak karena bisa melibatkan 30 kelompok pelaku budidaya maggot. Tentunya ini tidak hanya melibatkan puluhan orang, namun bisa ratusan orang. Sungguh sebuah gerakan luar biasa yang mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
- Dampak ekonomi
Produk-produk yang dihasilkan dari pengolahan maggot memiliki nilai ekonomis dan sangat dibutuhkan masyarakat. Secara ekonomi, program yang diselenggarakan oleh Arky juga memberikan dampak baik bagi pertumbuhan ekonomi, khususnya di Banyumas dan sekitar.
- Dampak lain
Selain dampak-dampak di atas, dampak lain yang dihasilkan dari pengolahan sampah organik adalah berupa penyediaan pakan ternak, pakan ikan, dan pupuk organik yang terjangkau. Sehingga menjadikan petani, dan peternak semakin bisa menekan biaya produksi khususnya untuk pakan dan pupuk pertanian.
Sesuatu yang kita anggap kecil dan sepele, saat ditekuni dan dikelola dengan baik dapat memberikan dampak besar bagi banyak sektor kehidupan.
Harapan Arky untuk Semua

Sepak terjang dan perjuangan yang dilakukan oleh Arky Gilang Wahab sangat dirasakan dampaknya oleh banyak orang. Dia tidak hanya memanfaatkan peluang, namun juga ikut menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Mengurangi penumpukan sampah. Menciptakan lapangan kerja, dan menghadirkan alternatif produk bagi petani dan peternak.
Melalui programnya, Arky dan tim berhasil mengolah 5 ton sampah organik setiap hari. Tentu ini volume yang tidak sedikit. Apalagi setelah diolah oleh maggot, sampah yang tersisa hanya 30% saja. Ini pun adalah sampah non organik yang kemudian dibawa ke TPA.
Tentu ini adalah hal yang layak diapresiasi. Sangat tepatlah kemudian ketika ASTRA Terpadu menobatkan Arky Gilang Wahab sebagai salah satu Penerima Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.
“Semakin banyak orang yang sadar tentang pengelolaan sampah sedangkan bagi dirinya, dia berharap bisa terus memperluas sayap, memperbanyak manfaat, “ ucapnya mengakhiri sesi podcast bersama radioidola.com.
Semangat ini tidak boleh berhenti di sini. Volume sampah harian di negeri ini masih sangat tinggi. Jika satu pemuda seperti Arky bisa mengurangi tumpukan sampah dan memberdayakan banyak orang. Bagaimana jika ada 10, 20,50, bahkan ratusan Arky lain yang hadir dengan semangat yang sama?
Teruslah bergerak dengan gerakan kecil yang bisa kita lakukan namun memiliki dampak besar bagi sekitar.
#APA2025-BLOGSPEDIA
Referensi:
- https://astramagz.astra.co.id/data/edisi_10_2021/index.html#p=175
- https://online.fliphtml5.com/lsnfk/vpoe/?search=arky#p=482
- https://www.radioidola.com/2021/mengenal-arky-gilang-wahab-pembudidaya-maggot-dan-pebisnis-olah-sampah-dari-banyumas/
- https://www.instagram.com/arkygilang




Leave a Comment