Konten [Tampil]
“Tidak usah melihat latar belakang, namun lihat semangat untuk menjadi orang-orang hebat di dunia ini.”Kata-kata ini, bukan sekedar kata-kata biasa. Ini adalah kunci yang selalu digunakan Muhammad Farid untuk membuka hati para orang tua agar anaknya mau bersekolah. Mengenyam pendidikan, hingga kelak bisa menjadi orang-orang hebat.
 | |
|
Muhammad Farid adalah seorang pemuda lulusan Fakultas Hukum Islam, Universitas Ibrahimy, Situbondo, Jawa Timur. Berbekal pengalaman mengajar yang dimiliki, dia berusaha menebar manfaat. Mengamalkan dan membagikan ilmunya kepada banyak orang, khususnya anak-anak. Ini dilakukan dengan menggagas sekolah dengan konsep yang unik.
Saat merintis sekolah dia berpikir bahwa mengenyam pendidikan di sekolah adalah hak semua orang. Apa pun latar belakang keluarga mereka. Baik dari keluarga maupun keluarga tidak mampu. Dalam benaknya dia yakin bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan mereka juga memiliki cita-cita besar untuk masa depan.
Tidak ingin menunda niat baik untuk menebar manfaat bagi banyak orang khususnya generasi penerus, dia pun segera memulai sekolah yang dikenal dengan Sekolah Sayur oleh masyarakat sekitar.
Sekolah Sayur, Begitu Orang Menyebutnya
 |
| Desain dengan Canva |
Setiap hari dia berkunjung dari satu rumah ke rumah lain yang ada di desanya. Khususnya rumah kaum dhuafa.
Mentari pagi baru saja beranjak dari tidurnya. Bangkit menemani Farid berjalan mengetuk pintu rumah dan hati orang-orang sekitar. Berusaha memahamkan orang tua tentang pentingnya pendidikan baik untuk saat ini atau di masa mendatang.
Tidak sampai di situ, dia juga berusaha meyakinkan para orang tua bahwa anaknya bisa bersekolah tanpa harus memikirkan biasa. Ini merupakan tantangan terbesar yang dihadapi Farid saat memulai merealisasikan ide besarnya. Pasalnya, banyak orang yang tidak yakin dan meremehkan apa yang dilakukannya.
Selain berusaha melakukan pendekatan kepada masyarakat, lelaki dengan senyumnya yang khas ini juga berusaha untuk memberikan bukti kepada masyarakat. Dia melakukannya dengan sabar meskipun butuh waktu cukup lama untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak.
Perjuangannya membuahkan hasil. Keringat yang keluar dari pori tubuhnya saat berusaha mengajak masyarakat agar anaknya disekolahkan juga tidaklah sia-sia. Puluhan anak berhasil diberikan motivasi dan mereka menempuh pendidikan di sekolah yang dirintisnya.
 |
| Gambar: Tangkapan Layar youtube NET.Documentary |
Tidak bisa dipungkiri, bahwa masa depan Indonesia sangat tergantung pada generasi saat ini. Jika generasi muda tidak dipersiapkan, maka bukan tidak mungkin kalau bangsa ini akan mengalami kemunduran di waktu akan datang. Namun demikian, semua itu bisa dihindari dengan langkah bersama untuk kemajuan bangsa.
Keprihatinan kepada anak dari keluarga tidak mampu, membuat Farid hadir untuk memberikan motivasi dan konsep pendidikan. Dia mengatakan bahwa setiap anak memiliki cita-cita besar. Apapun latar belakangnya. Sehingga dia berharap anak-anak khususnya dari keluarga tidak mampu juga bisa menebar manfaat untuk dunia, khususnya Indonesia.
“Kita berharap anak-anak dari keluarga tidak mampu bisa memberi manfaat pada dunia, dan khususnya bagi Indonesia tercinta,” ungkap Farid optimis.Rasa optimis itu tidak sekedar ada dalam impian. Dia merealisasikannya dalam langkah nyata dengan mendirikan sekolah alam.
Sekolah ini sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya. Jika biasanya membayar SPP dengan uang, di sini anak-anak dari keluarga tidak mampu bisa membayar sekolah dengan sayur yang ada di lahan mereka. Apapun sayurnya, berapapun jumlahnya. Sayur ini pun juga akan dikembalikan kepada para siswa dalam bentuk olahan makanan untuk disantap bersama.
Bagi mereka yang benar-benar tidak mampu, juga memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tanpa harus mengeluarkan biaya.
Perjuangannya berbuah manis. Farid pun tersenyum bahagia bersama teman-temannya. Pasalnya sekolah yang dirintisnya sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar.
Keunikan Sekolah Sayur
 |
| Gambar: Tangkapan Layar youtube NET.Documentary |
Sekolah yang dirintis Farid menjadi sekolah yang unik kala itu. Tahun 2005 belum banyak sekolah alam yang ada di negeri ini, apalagi di Banyuwangi. Sekolah Sayur atau Banyuwangi Islamic School yang terdiri dari jenjang SD dan SMP ini memiliki beberapa keunikan.
Keunikan itu berupa ruangan yang ada di sana adalah ruang terbuka, tidak ada ruang kelas seperti sekolah pada umumnya. Bangunan yang ada di sini adalah Aula, Sanggar kecil, Mushola, dan saung-saung kecil sederhana terbuat dari kayu. Selain tidak ada ruang kelas seperti sekolah pada umumnya,di sini juga tidak ada bangku untuk belajar.
Saat belajar di sekolah siswa pun diberikan kebebasan memilih belajar di area mana pun. Kondisi ini membuat siswa merasa nyaman belajar di tempat yang dipilih. Pun dengan guru, bisa melakukan eksplorasi kemampuan siswa dengan lebih mudah.
Keunikan lainnya,sekolah ini hanya menerapkan satu stel seragam untuk dikenakan di hari Senin dan Selasa. Selebihnya mereka berpakaian bebas namun rapi. Ini dilakukan agar tidak membebani orang tua untuk kebutuhan seragam. Mengingat hampir mayoritas siswa di sini adalah dari kalangan tidak mampu.
Adapun keunikan yang paling menonjol di sekolah ini, sesuai dengan namanya adalah siswa bisa membayar SPP dengan sayur mayur yang dimiliki orang tua di kebunnya. Sayur apa saja, berapapun jumlahnya.
Mira adalah salah seorang peserta didik yang tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah alam Banyuwangi Islamic School. Pulang ke rumah sebulan sekali, salah satu aktivitasnya adalah membantu orang tua memanen sayur di kebun.
Kali ini, dia pergi ke sawah mengenakan kaos lengan panjang berwarna merah, dipadu bawahan coklat susu dan kerudung coklat tua. Mira melangkah kakinya dengan hati-hati. Melalui pematang sawah bersama ayah dan ibunya untuk memanen sayur.
Dia terlihat bersemangat pergi ke ladang bersama kedua orang tuanya. Pun kedua orang tuanya. Mereka tersenyum bahagia dan bangga melihat anaknya. Mereka bahagia, anaknya yang semakin hari semakin bertumbuh, ternyata bisa menikmati pendidikan seperti anak-anak lain di desanya..
Sesampainya di lahan, tangan mungil Mira dengan cekatan mulai mencabut satu persatu tanaman sawi. Dia begitu bersemangat. Tidak takut bajunya kotor oleh tanah saat memanen sayur. Orang tuanya, Selamet bersama sang istri, sesekali mengarahkan Mira untuk memanen tanaman sayur mana yang harus dipanen. Sungguh sebuah kebersamaan indah dalam sebuah keluarga.
Setelah dirasa cukup untuk dijual guna memenuhi kebutuhan keluarga dan untuk dibawa ke asrama, mereka kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka meletakkan sayur yang sudah dipanen di atas balai-balai (amben) yang ada di halaman rumah.
Satu per satu akar pada tanaman sayur di potong. Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasukkan dalam kantong beras untuk dibawa ke asrama.
Saat belajar di sekolah siswa pun diberikan kebebasan memilih belajar di area mana pun. Kondisi ini membuat siswa merasa nyaman belajar di tempat yang dipilih. Pun dengan guru, bisa melakukan eksplorasi kemampuan siswa dengan lebih mudah.
Keunikan lainnya,sekolah ini hanya menerapkan satu stel seragam untuk dikenakan di hari Senin dan Selasa. Selebihnya mereka berpakaian bebas namun rapi. Ini dilakukan agar tidak membebani orang tua untuk kebutuhan seragam. Mengingat hampir mayoritas siswa di sini adalah dari kalangan tidak mampu.
Adapun keunikan yang paling menonjol di sekolah ini, sesuai dengan namanya adalah siswa bisa membayar SPP dengan sayur mayur yang dimiliki orang tua di kebunnya. Sayur apa saja, berapapun jumlahnya.
Kisah Mira dan Sang Ayah bersama Sekolah Sayur
 | |
|
Kali ini, dia pergi ke sawah mengenakan kaos lengan panjang berwarna merah, dipadu bawahan coklat susu dan kerudung coklat tua. Mira melangkah kakinya dengan hati-hati. Melalui pematang sawah bersama ayah dan ibunya untuk memanen sayur.
Dia terlihat bersemangat pergi ke ladang bersama kedua orang tuanya. Pun kedua orang tuanya. Mereka tersenyum bahagia dan bangga melihat anaknya. Mereka bahagia, anaknya yang semakin hari semakin bertumbuh, ternyata bisa menikmati pendidikan seperti anak-anak lain di desanya..
Sesampainya di lahan, tangan mungil Mira dengan cekatan mulai mencabut satu persatu tanaman sawi. Dia begitu bersemangat. Tidak takut bajunya kotor oleh tanah saat memanen sayur. Orang tuanya, Selamet bersama sang istri, sesekali mengarahkan Mira untuk memanen tanaman sayur mana yang harus dipanen. Sungguh sebuah kebersamaan indah dalam sebuah keluarga.
Setelah dirasa cukup untuk dijual guna memenuhi kebutuhan keluarga dan untuk dibawa ke asrama, mereka kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka meletakkan sayur yang sudah dipanen di atas balai-balai (amben) yang ada di halaman rumah.
Satu per satu akar pada tanaman sayur di potong. Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasukkan dalam kantong beras untuk dibawa ke asrama.
 | |
|
Di balai asrama terdapat beberapa orang sedang mendata sayur yang dibawa para siswa. Mira terlihat tersenyum dari kejauhan. Dia menyapa semua yang ada di balai, lalu menyerahkan karung berisi sayur yang dibawanya kepada petugas.
Farid, yang sore itu ada di lokasi ikut menyambut kedatangan Mira. Mengenakan kemeja lengan panjang, dipadu peci batik, Farid menyambut Mira sambil tersenyum.
Sosok yang begitu bersahaja ini ikut membantu Mira mengeluarkan sedikit demi sedikit sayur dari karung yang dibawanya. Ada sawi, daun talas muda, dan nangka muda.
Dalam aktivitas ini, mereka terlihat begitu akrab satu sama lain. Farid dan beberapa guru lain yang bertugas tidak segan berbincang dengan Mira. Sesekali Mira terlihat tertawa diantara percakapan yang ada.
Apa yang dilakukan Farid sungguh memberikan manfaat. Mira dan ayahnya, Selamet hanya sebagian kecil yang merasakan manfaat dari yang dilakukan Farid. Tentunya masih banyak siswa lain yang merasakan manfaat dari kehadiran sekolah alam atau sekolah sayur di Banyuwangi ini.
Sebagai informasi, Mira masuk ke sekolah ini adalah atas keinginan sendiri. Keinginannya mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Pada akhirnya dia berhasil masuk ke sekolah alam yang diimpikan, Banyuwangi Islamic School. Mira sangat senang. Dia bersyukur bisa sekolah dengan membayar SPP menggunakan sayur.
“Memang Mira pengin sekolah sini. Keinginan Mira sendiri. Terus diturutin sama ayah, habis itu, Alhamdulillah di sini bayar SPP nya pake sayur. Jadinya bisa meringankan beban orang tua,” ungkap pemilik nama lengkap Mira Rizka Rahmi.Ungkapan syukur atas keberadaan Banyuwangi Islamic School ini juga muncul dari Selamet. Ayah dari Rizka ini mengungkapkan kalau SPP sayur ini sangat meringankan dia dan istri.
“Kalau bayar SPP setiap bulan, mungkin saya harus jual sayur dulu gitu, baru kumpulkan uang. Kalau ini kan sudah ndak, pake sayur berapa dah, saya bawa dah gitu. Kalau gitu itu, rasanya meringankan”Sungguh kehadiran Farid dengan sekolah alam yang dirintisnya kini membuahkan hasil. Semakin banyak anak yang bersemangat untuk belajar dan meraih cita-cita bersama Banyuwangi Islamic School.
Merangkai Asa Agar tak Hilang Ditelan Masa
Asa masih ada dan akan terus ada selama ada yang mau menjadi pemantik. Seperti dilakukan Muhammad Farid dengan Banyuwangi Islamic School yang ada di Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.Pagi itu, Farid melangkahkan kaki menghirup udara segar. Ditemani beberapa siswa dan diikuti hangatnya sinar mentari pagi dia menyusuri pinggiran sungai. Di sisi kanan jalan yang dilalui, terhampar luas persawahan yang terlihat menghijau sejauh mata memandang.
Pada awal-awal perjalanan ada 70 siswa belajar di sana. Untuk memudahkan pengelolaan sesuai jenjang, Farid berbagi peran bersama Suyanto, salah seorang temannya. Farid menjabat Kepala Sekolah SMP Alam. Sedangkan pengelolaan SD dia serahkan pada sahabatnya, Suyanto.
Semangat menumbuhkan harapan yang ditanamkan Farid benar-benar berdampak. Semakin memotivasi anak-anak sekitar bahkan dari luar kota untuk belajar di sini. Tercatat hingga tahun 2018, lebih dari 120 siswa menimba ilmu di sini.
Meskipun belajar di ruang terbuka, hanya dengan meja tanpa kursi, namun tidak mematahkan semangat mereka untuk belajar dan meraih prestasi gemilang. Meniti proses meraih masa depan cerah.
Harapan akan tinggal harapan jika tidak ada yang mengasah dan mengarahkan. Di Banyuwangi Islamic School ini, para siswa dibekali tiga pendidikan yaitu pendidikan agama, pendidikan formal, dan pendidikan karakter. Membekali siswa dengan tiga pendidikan ini diharapkan mereka menjadi generasi berkarakter yang berwawasan luas. Cara belajarnya pun juga sangat menyenangkan.
Di sini anak-anak belajar menghafal Al Qur’an dengan cara menyenangkan melalui metode Super Memory. Sebuah metode menghafal dengan gerakan pada setiap potongan ayat. Sebuah metode yang merangsang otak kanan anak sehingga bisa mengingat dalam jangka panjang.
Farid dengan semangatnya yang luar biasa, sore itu kembali mendampingi anak-anak di asrama untuk menghafal al Qur’an. Farid terlihat begitu lincah membuat rangkaian gerakan, kemudian diikuti oleh anak-anak.
Selain bekal ilmu agama, siswa juga diwajibkan menguasai bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Untuk memudahkan pembelajaran, guru mengajarkan Bahasa Inggris kepada siswa menggunakan cara menarik melalui permainan dan kreasi lainnya.
 |
| Gambar: Facebook SMP Alam BIS |
“Easy Going -- Cuek aja lagi…,” Anak-anak menirukan guru mengucapkan beberapa ungkapan Bahasa Inggris dengan Nursery Rhyme.
Selepas belajar, mereka diberikan kesempatan untuk melatih kemampuan berbicara Bahasa Inggris dengan melakukan presentasi di hadapan teman-teman mereka. Mereka juga diberikan kesempatan berkreasi sebebas mungkin untuk memudahkan menguasai Bahasa Inggris.
“Wake up wake up everybody wake up” Anak-anak terlihat aktif mengucapkan bersama dengan gerakan yang kreatif.
Saya yang melihat aktivitas mereka, ikut bersemangat untuk bisa belajar dengan cara-cara yang menyenangkan.
Konsep pembelajaran yang menyenangkan ini menjadikan Banyuwangi Islamic School semakin diminati banyak orang. Kini tidak hanya anak-anak dari keluarga tidak mampu yang bersekolah dan tinggal di asrama. Anak-anak dari keluarga dengan ekonomi mapan pun mulai mempercayakan pendidikan anaknya di Banyuwangi Islamic School.
Terlebih semakin berkembanganya sekolah ini juga dibarengi dengan pengembangan kemampuan siswa. Selain diwajibkan menguasai Bahasa Inggris, sekolah yang menerapkan kurikulum gabungan Salafiyah dan Modern ini juga membekali siswanya dengan berbagai kemampuan berbahasa lainnya
Sekolah Sayur Cetak Siswa Kompeten dan Berkarakter
Berbagai aktivitas dipersiapkan untuk membangun kompetensi dan karakter pada setiap siswa. Di sekolah ini, siswa bisa menguasai Bahasa Arab dan menghafal Al Qur’an, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, dan Mandarin.Bahasa Inggris selain diwajibkan bagi siswa, juga menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan belajar. Tujuannya agar siswa semakin terlatih, dan terbiasa dengan Bahasa Internasional ini.
Untuk membangun karakter dan kepemimpinan pada setiap siswanya, sekolah ini secara rutin menyelenggarakan kegiatan Outbound. Tempatnya tidak jauh. Menggunakan halaman sekolah yang luas untuk lokasi outbound.
Apa yang dilakukan Farid bersama guru-guru di sekolah ini bisa dilihat langsung hasilnya. Saat berkunjung ke sekolah ini, kita akan mudah mendapati anak-anak berbicara dengan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya.
Farid dan Tiga Karung Beras untuk Siswa
 | |
|
Untuk menjadi besar harus dimulai dari langkah kecil. Untuk bisa kuat harus ada yang menempa. Untuk sukses dibutuhkan kerja keras untuk mencapainya. Farid dan rekannya adalah sosok yang ditempa dengan berbagai tantangan untuk bisa mewujudkan sekolah alam gratis di desanya.
Cita-cita Farid mendirikan sekolah bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu tidak serta merta disambut baik oleh masyarakat sekitar. Tidak sedikit yang meremehkan apa yang dilakukan Farid. Tidak percaya atas apa yang akan dilakukannya.
Belum lagi kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak. Banyak orang tua yang cuek. Acuh dengan pendidikan anak. Tidak ambil pusing. Mau anaknya sekolah atau tidak mereka tidak terlalu mempermasalahkan.
Farid merasa prihatin dengan kondisi ini. Khawatir akan masa depan anak-anak yang merupakan generasi penerus pembangunan bangsa ini. Dia berpikir kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Harus ditemukan solusinya segera.
Setiap pagi, Farid pun berkeliling dari rumah ke rumah. Mengunjungi satu persatu warga di desanya. Memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak.
Walaupun tidak semua menerima, namun saat ada yang mau diajak menyekolahkan anaknya Farid tersenyum bahagia. Menjadikannya semakin bersemangat merintis sekolah alam untuk anak-anak dari kalangan tidak mampu. Baginya ketika ada yang menerima ajakannya menyekolahkan anak, ini adalah modal untuk membangun kepercayaan di tengah masyarakat.
Waktu berjalan, siswa semakin banyak. Hingga suatu hari dia tidak mendapati beras untuk dimasak bagi siswa di esok hari. Dia pun berpikir bagaimana harus mendapatkan beras untuk anak-anak. Sedangkan operasional selama ini hanya bergantung pada donasi dari donatur. Dia tidak tahu lagi harus berharap kepada siapa.
Dalam kebingungannya. Di tengah kegundahan hati, dia menemukan cara. Kembali kepada Dzat yang Maha Pemberi, dan Maha Pengasih.
“Saya minta anak-anak, saya sampaikan, Tolong satu hari satu malam ini semuanya berdoa minta beras,” ujar Farid mengenang masa perjuangan selama merintis sekolah.Dia begitu bersyukur, karena keesokan hari, tepatnya di pagi hari ada yang membawa 3 karung beras ke asrama. Beras itu pun langsung diolah untuk sarapan pagi bagi anak-anak di asrama.
Sungguh perjuangan tidak akan pernah sia-sia. Saat meniatkannya dengan tulus untuk kepentingan orang lain maka akan selalu ada jalan keluar yang tidak pernah disangka.
Semangat Farid untuk Hari ini dan Masa Depan Indonesia
 | |
|
Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School atau Sekolah Sayur, begitu orang menyebutnya adalah bukti kepedulian Farid kepada generasi penerus bangsa. Bukti kepeduliannya bagi masa depan Indonesia.
Melihat perjuangan yang dilakukan, dan tantangan yang harus dihadapi, sangatlah tepat ketika Muhammad Farid dengan “Sayur untuk Sekolah” mendapatkan apresiasi Satu Indonesia Award 2010.
Sayur untuk Sekolah menjadi bukti, bahwa siapapun bisa mewujudkan asa, meraih cita untuk masa depan gemilang.
Referensi:
NET.Documentary (https://www.youtube.com/watch?v=x6F_qn9XFco)
Facebook SMP Alam BIS
Instagram SMP Alam BIS @alam_615_official
Masya Allah tabarakallah, keren sekali bapak Farida. Mendirikan Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School dengan semangat dan telad yang tinggi. Bahkan rela hanya di bayar dengan sayur. Semoga Makin banyak bapak Farid lainnya di Indonesia yang mengikuti jejak beliau.
ReplyDeleteBagus ya konsepnya. Apakah ini juga berijazah? Dan, bagaimana mendapatkan dana untuk menyelenggarakan pengajaran bagi 120 siswa ini, ya?
ReplyDeleteKeren banget sih rela dibayar sayur, itu pun dikembalikan untuk asupan murid-murid dalam bentuk sudah dimasak
Deletekeren ini lewat sauyr pun bisa memberikan manfaat buat para siswa,
ReplyDeleteinspirasi Pak Farid ini semoga makin meningkatkan semangata siapa saja untuk berbuat baik bagi negeri ini y
Unik sekali sekolahnya bisa bayar pakai sayuran. Dan meski begitu, kualitasnya tak kalah dengan sekolah lainnya. Semoga sekolah sayur ini bisa terus ada sehingga bisa makin mencerdaskan anak-anak Indonesia
ReplyDeleteDuh...terharu banget sama langkah mas Farid dengan idenya Sekolah Sayur. Selama ini kita malah meremehkan jenis makanan ini kan... Keren kalau makannya daging.
ReplyDeleteSemoga makin maju nih Islamic Boarding School yang sekarang juga diminati semua kalangan. Aku kagum dengan kurikulumnya dan fokus juga belajar berbagai bahasa, sebagai bekal komunikasi menembus dunia.
Semangaaat mas Farid...
Keren ih Pak Farid, bisa melangkah mewujudkan mimpi besarnya membangun semangat untuk masa depan negeri ini. Ngga perlu susah membayar dengan uang tapi bisa dengan sayur yang ada di lahan. Masya Allah. Semoga banyak Mira Mira lain yang bisa mengenyam pendidikan ya.
ReplyDeleteBaca judulnya bikin mikir, sekolah sayur maksudnya gimana, Ternyata sekolah yg bayarnya pakai sayur. Ya Allah dengan semangat kak Farid dan para siswa sekolah ini bisa berjalan ya. Semangatnya Mira patut kita contoh, kita yang diberi kelebihan akses pendidikan harus bersyukur dan gak boleh patah semangat seperti Mira.
ReplyDeletemas Farid adalah cerminan perjuangan, semangat, dan iman dalam mewujudkan perubahan dengan menghadirkan pendidikan tanpa harus mengeluarkan biaya untuk adik2 kita yang kurang mampu. patut diapresiasi!
ReplyDelete"tidak ada usaha yang sia-sia" kisah perjuangan mas Farid dan sekolah sayurnya sangat menyentuh hati dan juga menginspirasi, semoga bisa terus menjadi panutan untuk anak-anak didiknya dan juga semua orang di Indonesia agar lebih peduli kepada para penerus bangsa ditengah gencarnya era digitalisasi ini.
ReplyDeleteLuar biasa keren sekali konsep Sekolah Sayur ini. Meskipun sederhana di sekolah ini siswa bisa menguasai Bahasa Arab dan menghafal Al Qur’an, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, dan Mandarin. Salut banget !
ReplyDeletewaahhh ini kenapa namanya sekolah sayur. Benar benar memberi kesempatan kepada banyak anak untuk bersekolah dan mempelajari banyak ilmu. Kalau niat sudah kuat tetap ada jalan. Inspirasi yang bisa banget buat banyak daerah di Indonesia
ReplyDeleteBeneran out of the box ya idenya Mas Fajar ini. Sangat menginspirasi dan sepantasnya mendapatkan penghargaan satu memang...
ReplyDeleteSalut buat perjuangan mas Farid membantu mengentaskan masalah pendidikan di sana. Emg bener sih sekolah tuh belum merata dirasakan di pelosok negeri. Masih ada yg tdk mampu sekolah meski katanya di sekolah negeri tuh gratis.
ReplyDeleteKalo kayak gini kan sekolah bs dirasakan oleh semua kalangan, bahkan yg tdk mampu sekalipun. Teruskan perjuangannya ya mas Farid.
MasyaaAllah, asli sih konsep sekolah sayur bisa banget dijadiin inspirasi buat banyak orang.
ReplyDeleteSaya selalu salut dan kagum sama sosok seperti kang farid ini. Bikin sekolah tanpa embel embel uang. Ikhlas bahkan bisa bayar pakai sayur. Semoga berkah ilmunya ya kang dan semoga semakin banyak sosok inspiratif seperti kang Farid ini di daerah lain
ReplyDeleteUntuk menjadi bermanfaat memag harus ada yang dikorbankan, baik waktu maupun tenaga. Keren banget Farid di usianya yg 34 waktu itu udah berani memutuskan untuk mendirikan sekolah sayur.
ReplyDeleteMasyaallah keren banget mas Farid ini rela mengetuk satu per satu pintu rumah untuk mengedukasi pentingnya anak bersekolah. Udah gitu membuka kesempatan keluarga tidak mampu supaya anaknya tetap bisa bersekolah di sekolah alam yang didirikannya. Unik ya kak sekolahnya, bahkan cara bayarnya pun bisa pakai sayur mayur hasil berkebun
ReplyDeleteMasyaallah keren banget mas Farid ini rela mengetuk satu per satu pintu rumah untuk mengedukasi pentingnya anak bersekolah. Udah gitu membuka kesempatan keluarga tidak mampu supaya anaknya tetap bisa bersekolah di sekolah alam yang didirikannya. Unik ya kak sekolahnya, bahkan cara bayarnya pun bisa pakai sayur mayur hasil berkebun
ReplyDeleteMashaAllaa~
ReplyDeleteTerharuu..
Rasanya masih ada orang yang peduli dan baik sekali seperti mas Farid.
Semoga Allah yang memberikan kemudahan untuk mas Farid dan rekan-rekan. Rasanya pasti berat, tapi semoga bisa terus berkembang karena doa dan usaha yang terus didukung penuh oleh masyarakat yang peduli dengan perkembangan Sekolah Sayur yang inspiratif.
MasyaAllah keren ya Sekolah Sayur yang mendidik hafidz/ hafidzah sekaligus belajar banyak bahasa asing. Semoga selalu dimudahkan pendidikannya, semoga menjadi amal jariyah, Aamiin..
ReplyDeleteSalut banget buat Mas Muhammad Farid. Walau masih muda tapi cita-citanya sangat mulia. Semoga tetap sehat dan semangat... Walaupun sekolah ini bayar pakai sayur, tapi tetap dikelolah dengan profesional. Semoga segera tumbuh sekolah sayur yang lain di pelosok nusantara...
ReplyDeleteNamanya bagus sekali sekolah sayur..seperti konsep sekolahnya. Dan hasil pendidikannya sangat luar biasa sekali ya
ReplyDeleteMasyaAllah idenya luar biasa ini mas Farid. Semoga bisa di contoh para pemuda pemudi lainnya
ReplyDeletekeren banget mas Farid semoga sekolah sayurnya makin berkembang dan maju. semoga kedepannya makin banyak generasi muda seperti Mas Farid untuk membantu orang-orang sekitar menjadi lebih berkembang
ReplyDeletetakjub banget dengan apa yang dilakukan oleh kak Farid. terlebih konsisten dan tetap mau berjuang meski gak selalu disambut baik oleh lingkungan sekitar. semoga apa yang sudah diperjuangkan kak farid yaitu kepeduliannya terhadap pendidikan anak terutama bagi yang kurang mampu, mendapat dukungan dari pemerintah setempat
ReplyDeleteBaca judulnya langsung mikir, apakah ini sistem barter seperti zaman dahulu. Ternyata konsepnya jauh lebih keren. Semoga banyak bang farid lainnya yang menjadi inisiator dalam hal pendidikan, terutama melakukan pendekatan dengan budaya di daerah sehingga sekolah bisa diraih oleh semua kalangan secara menyeluruh
ReplyDeleteBerdiri di tanah wakaf, wah luar biasa amal jariyah pemilik lahannya dulu. Baca tulisan ini aku jadi teringat kisah Totto Chan yang juga sekolahnya unik, nggak kayak sekolah umumnya. Kereeen banget konsepnya. Jadi pingin main ke sana, ngelihat langsung, syukur-syukur bisa ngobrol sama kepala sekolah dan staf pengajarnya.
ReplyDeleteMasyaAllah kereeen banget asli ini kak sekolah sayur di saat seperti ini masih ada konsep sekolah yang luar biasa begini
ReplyDeleteJarang2 nih ada orang yang tulus mewujudkan cita-cita luhur untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Panjang umur orang2 baik
ReplyDeleteBarakallah untuk Pak Guru Farid yang sudah mengetuk hati orangtua untuk semangat menyekolahkan anak-anak dan mengembangkan wadah pendidikan sekolah yang unik ditengah gencarnya metode pendidikan yg modern. SPP dapat dibayar sayur, sungguh luar biasa.
ReplyDeleteMashaAllah. Merinding saya baca ini Mas. Sungguh sangat inspiratif. Sebaik-baiknya memberi manfaat adalah ilmu pengetahuan dan pendidikan. Karena akan terus dipakai sepanjang usia. Salut untuk Pak Farid yang konsisten berkarya di jalan yang beliau inginkan. Mendirikan sekolah alam yang diperuntukkan bagi kaum duafa, mereka yang tak mampu untuk menggapai sekolah umum yang butuh biaya.
ReplyDeleteSemoga Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School terus eksis dan memberikan manfaat bagi mereka yang membutuhkan. Pak Farid dan semua guru di sana diberikan kesehatan dan kelimpahan rezeki untuk mengembangkan sekolah alam ini.
Masyaallaah, semoga banyak Farid2 dan pewakaf2 lainnya, khususnya di daerah2 pelosok dan terpencil untuk tujuan mulia.
ReplyDeleteNamanya juga unik dan melekat dengan kedaerahan. Mudah diingat dan pastinya memorable untuk para alumni.
Sehat dan panjang umur orang2 baik...Aamiin...
Luar biasa. Salut dengan kepedulian dan juga semangat pak Farid untuk turut serta memajukan generasi penerus dengan memberikan akses pendidikan bagi warga yang kurang mampu, bahkan hingga menyediakan asrama untuk anak-anak didiknya.
ReplyDeleteKeren banget!
ReplyDeleteSiswa jadi tahu tentang agrobisnis dan bikin terobosan seiring kemajuan teknnologi
Selama ini mereka gak paham pertanian karena gak ada yang ngajarin
Inspiratif banget pak Farid ini ya, pemanfaatan keadaan menjadi tantangan tersendiri untuk tetap maju dengan harapan dan cita-citanya dan hasilnya sukses, luar biasa👍
ReplyDeleteMasyaallah salut banget dengan kerja keras Pak Farid mengajak ortang tua agar menyekolahkan anaknya. Unik banget bayar SPPnya pakai sayur, lebih meringankan beban orang tua mengenai biaya sekolah anak. Mudah-mudahan dibalas dngan kebaikan juga upaya Pak Farid dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
ReplyDeleteBarakallahu fiik, mas Muhammad Farid.
ReplyDeleteSemoga langkahnya menjadi pioneer untuk sekolah-sekolah lain yang juga memberikan pendidikan untuk masyarakat sekitar dengan bayaran yang meringankan.
Salutnya tuh, di saat semua orang berlomba-lomba mencari profit, namun mas Muhammad Farid malah mengajarkan kita untuk saling berbagi dengan apayang dimiliki.
MasyaAllah keren sekali. Berkat semangat dan kegigihan untuk membangun generasi agar mampu menjejaki tiap jenjang pendidikan dasar, sekolah sayur berdiri. Bahkan orangtua bisa membayar hanya dengan sayur yang dimiliki. Sudah begitu, berdiri di atas tanah wakaf pula. MasyaAllah.
ReplyDeletepak Farid ini sosok inspiratif yang telah membuktikan bahwa jejak kebaikan yg dilakukan untuk kebermanfaatan buat banyak orang, akan menuai keberhasilan yang setara dg upaya kerasnya ya.
ReplyDeletemasyaallah cita-citanya mulia sekali, idenya out of the box, tetapi sangat membantu, perjuangan yang tak mudah, sangat menginspirasi, semoga semakin banyak yang mengikuti jejak beliau untuk mewujudkan Indonesia lebih baik.
ReplyDeleteterharu dengan segala perjuangan Muhammad Farid yang telah membuat sekolah dengan konsep sekolah yang menerima biaya sekolah dalam bentuk sayuran dan doa. Tentu untuk mengawalinya nggak mudah namun beliau tetap konsisten. Hanya bisa berdoa semoga Pak Farid selalu diberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya selalu. Seperti ia telah menanamkan pendidikan iman dan akhlak pada siswanya. InsyaAllah Allah mudahkan semuanya yang telah diperjuangkan. Pantas saja Astra mengganjarnya sebagai sosok inspiratif.
ReplyDeleteJudul artikelnya unik dan bikin penasaran, sampai aku cari-cari tuh, kenapa sih disebut sekolah sayur? Apakah karena sekolah alam yang mengajari anak berkebun juga? Eh ternyata sekolahnya bisa dibayar dengan sayur. Konsep ini bagus sih dan siapa pun jadi bisa sekolah ya. Saluuut banget
ReplyDelete