Konten [Tampil]
A. Orang Tua Lintas Generasi
Sobat deeva collection tentunya sudah membaca tulisan saya berjudul Pahami 6 Karakteristik Generasi Alpha. Buat yang belum membaca bisa langsung klik linknya untuk lebih memahami. Sekilas saya juga akan mengulas kembali tentang berbagai jenis generasi yang ada di sekitar kita.
Saat ini kita berada pada masa dimana orang tua sekarang berasal dari generasi yang berbeda. Generasi builders yang lahir pada sebelum tahun 1945 hingga 1945 tentunya masih ada, namun sudah tidak terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Orang tua dari generasi baby boomers, bisa jadi masih ada yang memiliki anak merupakan generasi alpha, namun jumlahnya tentu sangat sedikit. Seperti yang ada di Meksiko pada 2017 silam. Wanita berusia 58 tahun melahirkan bayi kembar.
Bagaimana dengan generasi berikutnya? Generasi berikutnya yaitu generasi X, Y, Z juga merupaka generasi yang masih terlibat aktif dalam pengasuhan, dan pendidikan anak secara langsung. Meskipun mungkin jumlah pada generasi X tidak sebanyak pada orang tua yang berasa pada generas Y dan Z.
Perjalanan ini tentunya merupakan perjalanan hidup sebagai ornag tua yang tidak hanya menemani, mengasuh anak seperti bagaimana orang tua kita mengasuh kita. Seperti kita ketahui, kita mengasuh dan merawat anak dari generasi alpha. Sehingga ada hal yang dipahami, diketahui, dan diwaspadai pada generasi alpha.
Kita tahu generasi alpha adalah generasi yang berada pada situasi serba instan. Generasi di mana segala informasi dapat didapatkan dengan cepat. Merekapun sejak kecil sudah akrab dengan teknologi seperti smartphone, internet, dan lain sebagainya.
Setiap hari kita tahu, bahkan mengalami sendiri bagaimana keseharian anak-anak yang lahir pada era 2010 hingga saat ini. Mereka akrab dengan teknologi. Terlebih saat pandemi ketika semua kembali ke rumah. Work from Office menjadi work form home, pun dengan belajar dari luring menjadi daring.
Kondisi ini semakin melekatkan anak pada teknologi. Orang tua sibuk bekerja secara online, pun dengan anak sibuk online dengan gadgetnya. Masing-masing sibuk menyelesaikan tugasnya, hingga mungkin kita sebagai orang tua lupa untuk mengontrol anak dari gadget.
Belum lagi, generasi orang tua generasi millenial yang memilih tidak ribet alias ruwet dalam mendidik anak. Ada beberapa alasan orang tua menyodorkan gadget pada anak, diantaranya gadget menjadi senjata andalan bagi mereka untuk menenangkan anak. Orang tua senang anak bisa diam. Orang tua tersenyum melihat anaknya bahagia. Tertawa sendiri dengan gadget atau tontonannya. Padahal dikemudian hari dampak yang ditimbulkan tidaklah baik seutuhnya.
Saat menulis tentang lima hal yang perlu diwaspadai dari generasi alpha ini saya jadi teringat salah satu artikel berjudul Nomophobia: Gara-Gara Gawai, Bisa Kena Mental!. Ini artikel yang recommended banget dengan kondisi saat ini. Sangat cocok diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh orang tua kenapa anak perlu dijaga dari gadget karena berhubungan dengan kenapa orang tua perlu waspadai 5 hal pada generasi alpha.
Dokter Taufiqur Rahman, seorang Dokter Spesialis Anak dalam lamannya memaparkan tanda-tanda nomophobia (Nomobile Phone Phobia) yaitu:
Begitu banyaknya informasi, membuat mereka tidak mau menyusuri informasi secara lebih dalam. Hal inilah kemudian yang berdampak pada fokus dan konsentrasi mereka yang kemungkinan semakin pendek.
Mereka lebih nyaman berinteraksi dengan teknologinya, dari pada berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Untuk itu sebagai orang tua harus peka dan harus memahami hal ini, agar anak kita yang merupakan generasi alpha tetap memiliki kemampuan bersosialsiasi yang baik.
Orang tua dari generasi baby boomers, bisa jadi masih ada yang memiliki anak merupakan generasi alpha, namun jumlahnya tentu sangat sedikit. Seperti yang ada di Meksiko pada 2017 silam. Wanita berusia 58 tahun melahirkan bayi kembar.
Bagaimana dengan generasi berikutnya? Generasi berikutnya yaitu generasi X, Y, Z juga merupaka generasi yang masih terlibat aktif dalam pengasuhan, dan pendidikan anak secara langsung. Meskipun mungkin jumlah pada generasi X tidak sebanyak pada orang tua yang berasa pada generas Y dan Z.
Perjalanan ini tentunya merupakan perjalanan hidup sebagai ornag tua yang tidak hanya menemani, mengasuh anak seperti bagaimana orang tua kita mengasuh kita. Seperti kita ketahui, kita mengasuh dan merawat anak dari generasi alpha. Sehingga ada hal yang dipahami, diketahui, dan diwaspadai pada generasi alpha.
Kita tahu generasi alpha adalah generasi yang berada pada situasi serba instan. Generasi di mana segala informasi dapat didapatkan dengan cepat. Merekapun sejak kecil sudah akrab dengan teknologi seperti smartphone, internet, dan lain sebagainya.
Setiap hari kita tahu, bahkan mengalami sendiri bagaimana keseharian anak-anak yang lahir pada era 2010 hingga saat ini. Mereka akrab dengan teknologi. Terlebih saat pandemi ketika semua kembali ke rumah. Work from Office menjadi work form home, pun dengan belajar dari luring menjadi daring.
Kondisi ini semakin melekatkan anak pada teknologi. Orang tua sibuk bekerja secara online, pun dengan anak sibuk online dengan gadgetnya. Masing-masing sibuk menyelesaikan tugasnya, hingga mungkin kita sebagai orang tua lupa untuk mengontrol anak dari gadget.
Belum lagi, generasi orang tua generasi millenial yang memilih tidak ribet alias ruwet dalam mendidik anak. Ada beberapa alasan orang tua menyodorkan gadget pada anak, diantaranya gadget menjadi senjata andalan bagi mereka untuk menenangkan anak. Orang tua senang anak bisa diam. Orang tua tersenyum melihat anaknya bahagia. Tertawa sendiri dengan gadget atau tontonannya. Padahal dikemudian hari dampak yang ditimbulkan tidaklah baik seutuhnya.
B. Gara-Gara Gawai Bisa Kena Mental
Mungkin ini bisa manjadi salah satu alasan juga kenapa perlu mewaspadai hal-hal di atas agar tidak terjadi pada generasi alpha. Mereka harus dijaga agar juga bisa memiliki kekuatan baik secara fisik maupun mental.
Dokter Taufiqur Rahman, seorang Dokter Spesialis Anak dalam lamannya memaparkan tanda-tanda nomophobia (Nomobile Phone Phobia) yaitu:
- Cemas saat baterai gawai habis, di luar jaringan, atau kehabisan pulsa atau paket data.
- Tidak nyaman saat pergi tidak membawa gawai.
- Tidak nyaman ketika tidak bisa mengakses ponsel.
- Berkali-kali mengecek ponselnya saat mengobrol dengan orang lain
- Sering mengecek ponsel sekedar untuk melihat sesuatu yang update di media sosial.
C. 5 Hal Orang Tua Perlu Waspada dari Generasi Alpha
Sebagai orang tua yang menemani keseharian anak dan tidak lepas dari teknologi, kita perlu memahami beberapa hal yang bisa terjadi pada generasi alpha. Setidaknya ada 5 hal yang orang tua perlu waspada dari generasi alpha, yaitu1. Rentang atensi dan konsentrasi anak
Hal ini perlu diperhatikan karena pada generasi alpha rentang atensi dan konsentrasi mereka semakin pendek jika dibandingkan dengan generasi kita. Ini terjadi karena anak terbiasa melakukan scanning informasi pada internet secara cepat.Begitu banyaknya informasi, membuat mereka tidak mau menyusuri informasi secara lebih dalam. Hal inilah kemudian yang berdampak pada fokus dan konsentrasi mereka yang kemungkinan semakin pendek.
2. Daya juang rendah
Daya juang rendah ini berhubungan juga dengan salah satu karekteristik generasi alpha, yaitu lengkapnya fasilitas, sehingga mereka cukup mengakses internet untuk mencari solusi. Artinya, generasi alpha lebih banyak menjalani atau berjuang dengan sesuatu yang instan.3. Waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain berkurang
Salah satu dari enam karakteristik generasi alpha adalah komunikasi verbal yang kurang. Ini disebabkan karena kurangnya mereka bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Begitu asiknya dengan gadget atau dengan dunia teknologi, menjadi salah satu penyebabnya.Mereka lebih nyaman berinteraksi dengan teknologinya, dari pada berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Untuk itu sebagai orang tua harus peka dan harus memahami hal ini, agar anak kita yang merupakan generasi alpha tetap memiliki kemampuan bersosialsiasi yang baik.
4. Kreativitas dan imajinasi kurang berkembang
Hal ini terjadi karena semua hal yang ingin diketahui sudah tersedia semua. Mereka tidak tergerak untuk berusaha mencari sendiri solusi dari permasalahan. Cukup mengakses internet, mencari informasi yang diinginkan, mendapatkan jawaban, tanpa perlu berpikir.5. Kemampuan untuk mencapai kebahagiaan berkurang
Perkembangan teknologi dan sosial media yang begitu banyak seperti instagram, tiktok, twitter, dll menjadi tantangan bagi orang tua. Anak-anak bisa melihat apa yang orang lain tampilkan. Saat si anak tidak bisa menampilkan seperti apa yang ditampilkan, maka anak cenderung akan merasa cemas. Kecemasan ini akan menjadi hal umum. Saat remaja atau dewasa, anak akan lebih mudah pustus asa dan depresi.Setelah mengetahui 5 hal yang orang tua perlu waspada dari generasi milenial, maka sebagai orang tua perlu membekali diri dengan ilmu agar bisa sejalan dengan generasi alpha. Sehingga kemudian bisa memberikan yang hal terbaik bagi keluarga khususnya anak-anak yang berasal dari generasi alpha.
Penting informasi seperti nemophobia dan generasi alpha, pas banget buat pengasuhan dan kiat mengatasinya
ReplyDeleteIya, aku suka merhatiin generasi Alpha ini dan menurut aku , yang menonbjol adalah kurang sosialisasi. Orang tua memang harus banyak belajar mengenal perkembangan dan mengikutinya.
ReplyDeletemenarik sekali mbak. Ini kenapa saya no gadget buat anak saya sejak kecil. Walaupun banyak orang yang nyoba kasih gadget, tapi saya selalu say no. Alhamdulillah saat ini ia sudah bisa bicara dengan baik dan bisa komunikasi dengan lancar. Artikelnya eye opening banget buat ibu2 milenial. hehe
ReplyDeletesalam kenal ya mbak :)
Anakku termasuk dalam generasi Alpha dimana dari 5 yang diungkapkan hanya yang nomor 4. Anak saya kebetulan termasuk yang kreatif,saking kreatif malah lupa makan & juga lupa mandi, ha...ha...ha ( jadi curhat deh)
ReplyDeleteGara-gara gawai, bisa kena mental! Makasih Pak Gie,
ReplyDeleteGenerasi Alpha memang belum bisa kita lihat secara nyata hasilnya. Tapi kalau anak tidak kita benteng dengan ilmu agama yg kuat, bisa bahaya...
daya juang rendah ini sangat terasa ya?
ReplyDeleteakhirnya kembali ke keteladanan ya? apabila ortu bisa menunjukkan keteladanan, insyaallah anak akan mengikuti
Kayaknya gejala nomophobia bukan cuma buat anak aja deh, Kak.. Buat orang dewasa juga tuh... Xixixi.. Apalagi konten krator yg narsis banget. Bisa kejang2 kalau ga bawa gawai.
ReplyDeleteNah, Konsentrasi sama daya juang ini yang paling kerasa, Paaak. Suka kzl sama ponakan generasai alpha yang begini. Para ortu wajib tahu nihhh.
ReplyDeleteSaya malah ingin malam gitu matikan hp sama sekali namun saat ini kok sepertinya susah banget. Itu saya yg masuk generasi Y lho.
ReplyDeletewaaaah kita memang harus memahami karakteristik antar generasi yaaa, jadi bisa bersikap terhadap generasi diatas maupun sebelumnya, karena memang setiap generasi punya karakternya sendiri
ReplyDeletemenarik sekali sharingnya, ternyata genasi alpha bsa seperti itu ya, calon orang tua wajib baca ini
ReplyDeleteGawai, Itu paling pertama yang harus diantisipasi. Biasanya kalau tak disetop anak akan malas belajar dan hanya terus dicekoki dengan hal-hal instans.
ReplyDeleteYa Allah, saya sebagai orang tua harus ekstra hati-hati mengawasi dan memberi pendidikan pada anak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ilmu agama harus jadi pondasi utama untuk anak
ReplyDeleteGawai sebenarnya bisa jadi baik kalau dimanfaatkan dengan baik, terutama ke anak.
ReplyDeleteMemang benar sih, orang tua yang "menitipkan" anaknya pada gawai sebenernya lagi diam2 mengurangi motoris anak.
Jadi generasi alpha ini bisa disebut juga sebagai kaum rebahan ya kak. Karena Daya juang rendah nyabnya sebab lengkapnya fasilitas, sehingga mereka cukup mengakses internet untuk mencari solusi.
ReplyDeleteArtikel yang menarik dan memberi kesadaran pada ortu. Betul memang kalo anak2 udah kecanduan gadget atau game online kadang kalo sy perhatiin pas dipanggil orang tua, jalan aja kayak gak ada niat, uring2, dan mager terus, ini bahaya menurut saya karena mereka bisa obesitas kalo gak diimbangi dengan sosialisasi dan olahraga rutin.
ReplyDeleteMasalah gawai sepertinya sangat berhubungan erat dengan generasi alpha ini. Jika tak bisa mengontrolnya dengan bijak, bisa-bisa generasi ini bisa terkena apa yang disebut dengan nomophobia. PR banget nih untuk kita selaku orang tua
ReplyDeleteMemiliki daya juang yang rendah ini memprihatinkan lho. Semua serba instan ya kak dan rasanya generasi alpha terlalu dimanjakan dengan berbagai fasilitas
ReplyDeletekayaknya saya termasuk nomophobia jg 🙈 gawai inj memang seperti mata uang, satu sisi bagus, satu sisi buruk, tp semoga bisa mengawal anak-anak biar bijak menggunakan gawai 🙏
ReplyDeleteBahkan perilaku nomophobia bukan hanya terjadi sama generasi alpha. Bahkan pas bgt ketika ditetap sesatu,.
ReplyDeleteBahkan perilaku nomophobia bukan hanya terjadi sama generasi alpha. Bahkan perilaku ini juga berlaku untuk orang tua lho! Aku juga lagi belajar sih untuk bisa mengurangi gadget dalam keseharian.
ReplyDeleteMenemani generasi alpha bertumbuh memang butuh kesabaran yang besar. Paling menguras emosi adalah saat mereka harus jauh dari gadget. Ya tetap bagaimana pun orang tua harus tegas agar anak tidak kecanduan gadget. Demi kesehatan mental mereka juga.
ReplyDeleteGenerasi Y dan Z pun juga udah mengalami ini kak. Terbiasa instan, gak sabaran, dan cepet bosen.
ReplyDelete